dejabar.id, Bandung – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil membuka Temu Ilmiah Nasional (Temilnas) IV 2019 Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia di Hotel Savoy Homann Bandung, Sabtu (24/8/19).
Di depan para psikolog klinis se-Tanah Air ini, gubenur membeberkan visi misi Pemprov Jabar di bawah kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Uu Ruzhanul Ulum. Visi misinya yaitu Jabar Juara Lahir Batin Melalui Kolabrasi dan Inovasi.
Ridwan Kamil menekankan upaya memberi rasa nyaman dan kebahagiaan dari sisi batiniah kepada warga. Menurutnya, pembangunan di dunia ini tidak hanya cukup dengan pembangunan fisik, namun mental dan psikisnya juga perlu dibangun.
“Dunia ini tidak hanya bisa dibangun hanya masalah fisiknya saja. Saya mengamati urusan mental, urusan kebahagiaan jiwa sering dilupakan,” ujar Emil.
“Maka mungkin satu-satunya provinsi yang visi misinya dengan jelas kesehatan mental hanya Jawa Barat. Visi Jawa Barat adalah Juara Lahir Batin, ada kata batin melalui kolaborasi dan inovasi,” lanjutnya.
Untuk program kebatinan ini, Emil menganggarkan dana untuk membiayai berbagai program. “Saya menganggarkan urusan-urusan dengan batin, tinggal didefinisikan juara kesehatan mental itu apa saja. Mudah-mudahan hasil dari temu ilmiah ini memberi masukan kepada kami — decision maker, Jawa barat Juara Lahir Batin,” kata Emil.
Emil mencontohkan negara-negara maju namun dari sisi mental atau batiniah masyarakatnya kurang karena warganya banyak yang bunuh diri atau kasus menembaki orang. “Kenapa? Karena yang dikejar itu stres kompetitifnya saja, tidak melihat bahwa manusia bukan hanya kecerdasannya saja,” jelasnya.
“Maka di Jawa Barat dibantu juga oleh para psikolog IPK ini, kita menelurkan pendidikan karakter namanya Jabar Masagi,” imbuh Emil.
Melalui Jabar Masagi, diharapkan anak-anak Jawa Barat memiliki empat nilai diri yang seimbang. Physical Quotient (PQ), artinya anak-anak Jabar harus sehat secara fisik; Intelligence Quotient (IQ) atau kecerdasan, Emotional Quotient (EQ) atau berakhlak baik, dan Spiritual Quotient (SQ) atau beragama.
“Anak baik saja tidak cukup bagi kami, tapi baik juga ahli ibadah juga,” imbuhnya.
“Nah, inilah cetak biru pendidikan manusia Jawa Barat yang mengedepankan empat nilai tadi dengan filosofi Pasundan, dengan belajar merasakan (surti/rasa), belajar memahami (harti/karsa), belajar melakukan (bukti), belajar hidup bersama (bakti),” paparnya.
Selain itu, Emil juga menuturkan tantangan yang perlu dihadapi para psikolog terkait revolusi digital. Menurut Emil, saat ini kita belum siap dari sisi perangkat keilmuannya.
“Satu tahun lalu berita bohong di Jawa Barat dari digital ada 5.000-an, dari hoaks psikologis – seperti anak diculik padahal kejadiannya di Thailand, tapi dipercaya sehingga membuat ibu-ibu panik dan kahwatir,” Emil mencontohkan.
Temilnas IPK 2019 dihadiri 455 orang yang berasal dari berbagai daerah se-Indonesia. Ada sekitar 90 paparan ilmiah yang akan disajikan dalam Temilnas yang digelar dari 24-25 Agustus.
Dari 90 paparan itu ada enam topik bahasan dan 12 simposium dari beberapa pakar psikologi, yang akan memaparkan perkembangan ilmu dan profesi psikologi klinis, serta empat sesi paripurna tentang tinjauan psikologi klinis secara makro dan mikro.
Tema yang diangkat pada Temilnas ke IV ini adalah “Psikologi Klinis dalam Upaya Kesehatan: Integrasi Kebijakan dan Layanan dalam Ranah Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif, Paliatif untuk Menunjang Pencapaian SDG’s”.
Melalui temilnas ini, Psikologi Klinis Indonesia diharapkan bisa berkembang dan mengembangkan ilmu untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Karena psikologi klinis memiliki peran dalam pembangunan bangsa, khususnya dalam menghadapi era digital 4.0.***
Leave a Reply