DEJABAR.ID, CIREBON – Selain berkumpul bersama keluarga, momen lebaran merupakan momen untuk berziarah ke makam sanak famili yang sudah lebih dahulu meninggal dunia. Sehingga, tidak heran jika di hari lebaran, pemakaman umum dipenuhi oleh para peziarah.
Hal ini dimanfaatkan oleh para pedagang kembang yang diperuntukkan pusara makam, untuk mengais rezeki, seperti yang ada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jabang Bayi, Kesambi, Kota Cirebon. Tiap tahunnya, pemakaman umum ini disinggahi oleh peziarah dari dalam kota, maupun luar Kota Cirebon. Sehingga di sekitar pemakaman mulai bermunculan pedagang-pedagang kembang, baik itu pedagang menetap, atau musiman.
Pedagang kembang tersebut menjual kembang-kembang tujuh rupa, seperti melati, mawar, kenangan, soka, selasih, kingkong, pacar air, dan lain-lain. Selain itu, juga menjual berbagai macam kendi, air mawar, kemenyan, dan bahan-bahan lain untuk berziarah. Para pedagang tidak mematok harga terlalu tinggi. Sehingga, meskipun ada yang membeli Rp 2000 tetap mereka layani. Padahal, harga kembang-kembang di hari lebaran merangkak naik.
Menurut salah satu pedagang kembang, Rina, di hari lebaran ini merupakan berkah baginya. Karena, jika di hari biasa, dia dan pedagang kembang lainnya hanya bisa menghasilkan Rp 50.000 hingga Rp 200.000 per hari. Namun di momen lebaran ini, dia bisa mendapatkan omset sekitar Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per hari.
“Alhamdulillah banyak yang beli buat dipakai nyekar (berziarah sambil menabur bunga),” jelasnya saat ditemui dejabar.id di TPU Jabang Bayi, Kesambi, Kota Cirebon, Jumat (7/6/2019).
Rina mengaku, para peziarah mulai membeli kembang-kembang untuk berziarah pada H-2 lebaran, atau hari Senin. Mereka membeli dahulu karena dikawatirkan akan ramai jika pada hari lebarannya. Hingga kemudian, bisa dipakai untuk berziarah pada hari lebaran, tanpa takut mengantri ketika membeli kembang.
Kembang-kembangnya tersebut, lanjutnya, didapatkan dari berbagai pengepul. Di momen lebaran, dirinya menyetok cukup banyak kembang, karena selalu habis tiap harinya. Tapi di hari biasa, dirinya tidak menyetok banyak, karena daya tahan kembang-kembang tersebut hanya 3 hari.
“Kalau udah tiga hari, pada busuk semua. Jadi diganti sama yang baru,” tuturnya.
Hal senada pun dituturkan oleh pedagang kembang lainnya, Nengsih, yang juga mendapatkan keuntungan banyak di momen hari lebaran. Sama dengan Rina, dirinya juga mendapatkan Rp 1 juta lebih. Dirinya yang merupakan generasi ketiga dari pedagang kembang yang turun-temurun, momen lebaran merupakan berkah bagi dirinya dan keluarga.
“Ada enak dan tidaknya jadi penjual kembang. Enaknya pas lebaran ini, ramai pembeli,” pungkasnya.(Jfr)