Press ESC to close

Bersiaplah untuk Menikmati Supermoon pada Februari dan Maret Nanti

  • January 23, 2019

DEJABAR.ID, CIREBON-Bulan purnama adalah peristiwa ketika matahari, bumi dan bulan dalam posisi hampir segaris lurus, sehingga bulan akan tampak bulat utuh saat diamati dari bumi. Di tiga bulan awal tahun 2019 ini, peristiwa purnamanya akan bertepatan dengan bulan berada pada posisi terdekatnya dari bumi, sehingga dikenal sebagai purnama perigee atau purnama super (supermoon).
Menurut petugas forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi Ahmad Faa Iziyn, di bulan Januari 2019 ini sudah terjadi purnama pada 21 Januari 2019 kemarin, tepatnya pada pukul 12.16 WIB. Tepat 12 jam 43 menit sesudah puncak purnama tersebut, atau pada 22 Januari 2019 pukul 02.59 WIB, bulan akan berada pada jarak 357.342 km dari Bumi.
“Selain terjadi purnama tersebut, juga terjadi peristiwa gerhana bulan yang sayangnya tidak dapat diamati dari wilayah Indonesia,” jelasnya, Rabu (23/1/2019).
Ahmad menjelaskan, gerhana ini hanya dapat diamati oleh pengamat di wilayah Eropa, Afrika, Amerika, dan sebagian kecil Asia bagian Timur Laut. Karena itu, gerhana bulan pada 21 Januari itu dapat disebut sebagai gerhana bulan perigee, atau yang dikenal juga sebagai gerhana super atau super blood moon, mengingat saat puncak gerhana warna bulan menjadi kemerahan.
Sebulan berikutnya, lanjutnya, yaitu pada 19 Februari 2019 pukul 22.53 WIB, bulan akan kembali dalam fase purnama. Tepat 6 jam 51 menit sebelumnya, atau pada 19 Februari 2019 pukul 16.02 WIB, bulan berada pada jarak 356.761 km dari bumi. Ini adalah posisi terdekat bulan sepanjang tahun 2019.
“Jika cuaca cerah, objek langit ini sangat baik untuk diamati detail permukaannya, mengingat di saat tersebut akan lebih jelas teramati jika dibandingkan dengan saat bulan dalam posisi terjauh dari bumi (bulan apogee), yang akan terjadi pada 14 September nanti,” tuturnya.
Ahmad melanjutkan, sedangkan puncak purnama terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 08.42 WIB, dan sesudah satu hari 5 jam 55 menit dari saat bulan di 359.377 km dari bumi. Mengingat pada 21 Maret 2019 ini, tepatnya pukul 04.59 WIB, posisi matahari berada di equinox, purnama ini dapat disebut juga sebagai purnama equinox.
Ahmad mengakui, saat purnama perigee terjadi, ukuran bulan menjadi lebih besar 7% dari saat purnama biasa. Demikian juga kecerlangannya akan lebih cerlang 15% dibandingkan saat purnama biasa. Efek purnama perigee yang paling jelas terlihat adalah pada pasang surut air laut yang secara umum akan lebih besar daripada biasanya.
“Meskipun begitu, hal ini bergantung juga pada kondisi topografi pantai tersebut,” pungkasnya.(Jfr)
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *