Press ESC to close

Disdik Garut Akan Panggil Pihak-Pihak yang Terkait Penjualan Buku Ajar Sekolah Dasar

  • July 27, 2019

DEJABAR.ID, GARUT – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mulai angkat bicara mengenai diwajibkannya siswa SD di Garut untuk membeli buku dengan harga yang tidak wajar.

Disdik menginstruksikan ke seluruh sekolah khususnya Sekolah Dasar (SD) negeri, agar tidak membebankan siswa membeli buku sebagai bahan penunjang kegiatan belajar mengajar karena akan merepotkan orang tua siswa.

“Jangan sampai diwajibkan oleh sekolah, ini yang harus diluruskan, tidak boleh,” kata Kadisdik Kabupaten Garut, Totong melalui telepon seluler, Sabtu (27/07/2019).

Totong mengungkapkan, pemerintah telah mengalokasikan dana untuk pendidikan sebesar 20 persen yang dialokasikan untuk buku paket sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Lebih lanjut Totong menjelaskan, jika sekolah tidak menggunakan anggaran itu, maka menyalahi aturan, apalagi siswa diwajibkan harus membeli buku dengan jumlah yang banyak.

“Untuk apa ada BOS (Bantuan Operasional Sekolah) 20 persen alokasi untuk buku paket. Itu benar-benar telah menyalahi aturan kalau ada kewajiban membeli buku,” tambahnya.

Namun menurutnya, bagi orang tua siswa yang ingin anaknya menambah wawasan, dipersilakan untuk membeli buku tanpa ada paksaan dari pihak sekolah terutama guru.

“Kalau saja ada orang tua yang mau anaknya nambah wawasan dan ingin membawa pulang bukunya dipersilakan membeli buku ke penerbit,” terangnya.

Terakhir Totong mengatakanakan menindaklanjuti keluhan warga terkait diwajibkannya pembelian buku tersebut.

“Ini menjadi perhatian Disdik Garut. Kami akan segera menindaklanjutinya berkoordinasi dengan Koordinator Wilayah Pendidikan di kecamatan,” jelasnya.

Totong menegaskan, dirinya akan segera memanggil pihak terkait untuk menjelaskan alasan siswa harus memiliki banyak buku pelajaran, karena kemampuan ekonomi orang tua siswa tidak dapat disamakan.

“Kami akan cek sekolah mana saja itu, masalah ini harus diperhatikan, karena kemampuan orang tua siswa berbeda, tidak bisa disamakan, sekolah harus menghargai bahwa mereka juga ada biaya sehari-hari lainnya,” kata Totong. (Ian)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *