DEJABAR.ID, SUBANG-Meski sempat diserang hama wereng dan keong, petani di Dawuan dan Kalijati tetap merasa bersyukur, lantaran hasil panennya untuk musim panen raya ini lumayan melimpah.
Seperti yang diungkapkan Deden (45), meski pada masa tumbuh sawahnya sempat dilanda kesulitan air dan hama, dirinya tetap selalu bersyukur masih diberikan untuk bisa memanen sawahnya.
“Musim yang sekarang kalau kita tidak melakukan secara berkala, wah sudah celaka, ada kemungkinan akan gagal panen, kemaren wereng sempet banyak, akibat dari sulitnya air, setelah banyak air karena curah hujan deras, keong datang, tapi alhamdulilah hasilnya baik,” ujarnya.
Yang menjadi kesulitan hari ini menurut Deden adalah harga padi yang kian merosot, padahal beras di pasar harganya stabil, malah cenderung tinggi.
Dia menjual padi pada tengkulak sekitar Rp400 ribu untuk satu kwintal, padahal menurutnya, harga biasanya bisa sampai Rp500 atau bahkan Rp600 ribu.
“Yang anehnya, beras mahal di padar padahal padi dari petani murah, sekarang sekitar Rp400 ribuan satu kwintal padi kering, sama pupuk juga habis, belum beli bibit, buat musim tanam baru,” ucapnya, Minggu pagi (7/4/2019).
Hal senada diungkapkan Warsih (50), petani dari Kalijati Timur yang menggarap sawah di Desa Manyeti.
Dugaannya harga padi yang semakin merosot itu disebabkan oleh berlangsungnya musim panen, atau dikenal dengan istilah panen raya, sehingga harga menurun karena stok padi dikalangan petani banyak ditemui.
“Ya biasa kalau sedang panen raya begini pasti murah, banyak stoknya mungkin, nanti dua bulan kedepan juga mahal lagi, harusnya mau sedang panen raya atau tidak harga stabil, karena beras di pasar juga stabil harganya,” pungkasnya.(Ahy)