DEJABAR.ID, CIREBON – Bank Indonesia semakin berkomitmen untuk memberantas peredaran uang-uang palsu. Apalagi, menjelang datangnya bulan Ramadhan, peredaran uang palsu semakin gencar yang membuat masyarakat resah. Seperti kasus terkahir yang pernah diungkap adalah peredaran uang palsu di Indramayu, di mana di situ ditemukan 89 lembar dan 2,7 mililar Dolar Singapura.
Menurut Kepala Tim Sistem Pembayaran (SP) Pengedaran Uang Rupiah (PUR) dan Keuangan Inklusif Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon, Yukon Afrinaldo, bentuk komitmen tersebut adalah berkoordinasi dengan Polres-Polres yang ada di wilayah Ciayumajakuning, sebagai upaya untuk pencegahan terjadinya peredaran uang palsu.
“Kemarin kami berkoordinasi dan mereview, apa yang menyebabkan persetan uang palsu di Ciayumajakuning,” jelasnya saat ditemui awak media di sela kegiatan pasar murah di halaman Keraton Kacirebonan, Jalan Pulasaren Kota Cirebon, Senin (29/4/2019).
Untuk itu, lanjutnya, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan koordinasi, serta melakukan intervensi terhadap kewenangan badan peradilan, bahwa akan memberikan sanksi semaksimal mungkin kepada para pelaku. Bank Indonesia juga akan menggunakan lebih banyak lagi wadah-wadah untuk melawan peredaran uang palsu.
“Kita berkewajiban untuk memberikan layanan publik dan informasi,” jelasnya.
Meskipun begitu, lanjutnya, uang palsu ini mempunyai ciri-ciri yang mudah dikenali. Apalagi, selama ini Bank Indonesia selalu gencar menginformasikan ke masyarakat terkait mengenali ciri-ciri uang palsu, seperti 3D (dilihat, diraba, diterawang). Karena uang palsu tidak bisa menyamai uang aslinya.
“Jika masyarakat menyadari ciri-cirinya, maka akan mudah melawannya,” jelasnya.
Menurut Yukon, terdapat beberapa modus orang-orang yang melakukan persetan uang palsu. Yang pertama adalah masalah ekonomi. Yang kedua adalah teknologi, seperti kemajuan teknologi printing yang makin baik. Meskipun begitu, mesin-mesin printer tertentu akan tetap diawasi. Dan yang ketiga adalah hal-hal lain seperti kebutuhan umum di masyarakat.
Di Ciayumajakuning, lanjut Yukon, peredaran uang palsu tertinggi berada di wilayah Cirebon, karena di situ merupakan pusat perekonomian. Meskipun begitu, peredaran uang palsu di wilayah Ciayumajakuning ini sudah turun pada akhir tahun 2018, yakni sekitar 5000an lembar, setelah sebelumnya sempat naik pada tahun 2015, yakni 9000’an lembar.
“Kebanyakan yang dipalsukan adalah pecahan 50 dan 100,” pungkasnya.(Jfr)
Leave a Reply