
BEKASI – Ketua Komisi I DPRD Kota Bekasi, Abdul Rozak menilai kepala daerah Kota Bekasi gagap membangun interaksi dalam penanganan Covid-19 serta pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bekasi.
Sejak wabah Corona melanda, menurut Abdul Rozak, Wali Kota Bekasi maupun tim Gugus Satgas Covid-19 tidak transparan dalam menentukan kebijakan. Sehingga, komunikasi dengan DPRD tersendat.
“Masih ada kebuntuan komunikasi antara eksekutif dengan legislatif. Ini harus diluruskan agar roda pemerintahan bisa berjalan stabil, apalagi saat ini kita harus bekerjasama menangani wabah Covid-19,” ucap Abdul Rozak, Rabu (15/4/2020).
Politisi Partai Demokrat ini juga menyoroti bantuan sosial dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, baik dalam bentuk sembako maupun uang kepada 130 ribu kepala keluarga. Menurutnya, penentuan jumlah penerima seharusnya dikomunikasikan dengan legislatif. Hal itu guna meredam kecemburuan sosial yang dikhawatirkan menjadi persoalan baru di tengah masyarakat.
“Saya menyebut 130.000 kk yang diusulkan belum menerima bantuan tersebut. Yang menjadi pertanyaannya, sistem yang diadopsi itu seperti apa dan bagaimana dengan warga yang tidak dapat. Bicara terdampak, saya rasa kriteria warga yang harus menerima bantuan jumlahnya lebih besar dari itu, lalu bagaimana solusinya?,“ ucapnya.
“Seharusnya kita dilibatkan dan dimintai pendapat agar ada skenario mengantisipasi terjadinya kecemburuan sosial,” tegas Abdul Rozak.
Selain itu, Bang Jack sapaan Abdul Rozak, selama masa pandemi Covid-19, eksekutif terkesan kurang massif melakukan sosialisasi. Terlebih menyangkut bantuan serta dapur umum di 12 kecamatan.
“Kemudian, sosialisasi dari pemerintah sangat minim terkait dapur umum. Saya sebagai anggota dewan juga belum mengetahui secara pasti fungsi tersebut, karena para ketua lingkungan di sekitar saya banyak menanyakan hal itu. Saya kira masalah komunikasi harus diperbaiki agar terjadi simbiosis mutualisme,” ujarnya. (Mad/**)
Comments (1)
Agus wahyudisays:
April 19, 2020 at 9:24 pmSaya kira perlu ada kajian lgi dan investigasi terkait data penerima bansoskovid 19 ini,gejolak dan kecemburuan yang terjdi di tingkatan masyrakat sudah mulai beraksi akibat dari bantuan bansos tersebut. Misalnya di kecamatan medan satria Rw 6 Rt 3.data yang saya lihat bagi penerima sembako justru mala mereka yang secara ekonominya mapan.sementara masyarakat yang sebelumya adanya virus kovid 19 ini susah dalam kehidupan yang serbah sulit apa lagi dengan dapak virus ini.
Ini yang menjadi pertanyaan saya pendistribusian sembako ini katanya bertahap.apakah data yang terkait aoal jumblah penerima sembako itu sudah pinal atau ada data tambahan?