Press ESC to close

Gunung Simpay Desa Pagundan Kuningan, Dari Wisata Religi Hingga Pesugihan

  • March 16, 2021

Dejabar.id – Makam-makam keramat yang berada di Gunung Simpay Desa Pagundan Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan, dipercaya oleh sebagian orang bisa mendatangkan rezeki. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak yang datang ke sini untuk melakukan pesugihan.

Menurut juru kunci situs makam Gunung Simpay Desa Pagundan, Ading, di Gunung Simpay memang banyak makam keramat, dengan total 9 makam. Makam-makam keramat tersebut diantaranya Makam Eyang Winanta Panenjoan (Aki Buyut Sakti), Ki Semar Kuncung Amarrulloh, Buyut Saringsingan, Sutajaya, Arya Sampan, Kuwu Rongkah, Eyang Jagaraksa, Bujang Kembar, dan Eyang Ujung Tua.

Salah satu makam tersebut, yakni Makam Eyang Winanta Panenjoan (Aki Buyut Sakti), yang kerap dijadikan sebagai tempat pesugihan. Banyak orang yang datang ke tempat tersebut, untuk mengadu nasib dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik.

“Banyak yang datang dari luar kota, sampau liar Pulau Jawa,” jelasnya, Rabu (24/3/2021).

Ading menjelaskan, meskipun banyak yang datang, namun tidak semua orang bisa melakukannya. Ada beberapa tahapan atau proses yang harus dilalui ketika ingin melakukan pesugihan di Gunung Simpay.

Pertama-tama, Ading akan melakukan hitung-menghitung berdasarkan nama pemohon, kemudian memilih pilihan yang disodorkan. Apabila dalam hitungan tersebut lolos, maka orang tersebut bisa menjalani ritual pesugihan selanjutnya.

“Dihitung maksudnya seperti hari lahir, naptunya, jika lahir hari Jumat tidak bisa dilanjutkan untuk ritual. Biasanya banyak yang datang, tapi yang lolos hanya 3 atau 4 orang. Kadang juga banyak yang lolos,” ujarnya.

Setelah melewati tahap itu, lanjutnya, maka orang tersebut diminta kembali lagi pada tanggal 25 hingga 4 sistem penanggalan Hijriyah. Di luar tanggal tersebut tidak bisa. Saat itulah, proses ritual dimulai. Biasanya, orang-orang yang lolos akan diantar ke lokasi makam Makam Eyang Winanta Panenjoan (Aki Buyut Sakti).

Di situ, sudah disediakan tenda penutup dan tikar, supaya orang yang ada di situ tidak kehujanan. Menurut Ading, biasanya orang-orang melakukan doa-doa selama sejam atau dua jam, hingga mendapatkan petunjuk tentang pilihannya.

“Ritual dimulai setelah magrib hingga jam 9 malam, paling cepat 1 jam sudah selesai,” tuturnya.

Ading memaparkan, dari jumlah orang yang melakukan ritual di Gunung Simpay tidak semuanya berhasil. Mereka yang tidak berhasil karena tidak kuat dengan godaan yang datang, seperti mau gempa atau didatangi makhluk besar.

Selain dikenal sebagai tempat pesugihan, Ading pun berharap agar situs Gunung Simpay bisa dijadikan sebagai wisata religi. Apalagi, banyak yang berkunjung ke makam-makam keramat tersebut, bahkan ada juga yang datang dari jauh, seperti dari Karawang, Tasikmalaya, bahkan luar Pulau Jawa. Mereka datang karena melihat informasi dari internet, penasaran kemudian datang ke Desa Pagundan.

Karena itu, dengan dikembangkan sebagai wisata religi, maka Gunung Simpay Desa Pagundan bisa semakin dikenal oleh masyarakat, dan bisa memajukan perekonomian masyarakat. “Semoga bisa secepatnya menjadi wisata religi,” harapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *