DEJABAR.ID, BANDUNG – Gaung momentum World Clean Up Day (WCUD) atawa Hari Bersih-bersih Sedunia yang biasa diperingati dengan ‘ingar-bingar’ setiap tanggal 15 September oleh warga dunia. Kali ini (11/9/2018) menyongsong WCUD tahun 2018 di Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), oleh GWJ diperingati dengan cara beda.
Pasangan Erlan Effendy–Tony Francis yang selama ini intens mengelola Ronia Mountain Villa berbasis ‘friendly to environment’ (berbaik-baik dengan lingkungan sekitar, euy ?), tepatnya di destinasi wisata Lembang KBB, tanpa gembar-gembor bikin pelatihan mengolah pupuk organik cair GWJ (Gerakan Wadyabala Jokowi). Populernya, menyulap sampah dapur yang suka bikin riweuh, menjadi pupuk atawa kompos penyubur tanaman. Hebat, kan?
Teknisnya, pasangan ‘pecinta lingkungan’ ini melibatkan 20 peserta. Mereka ini pengusaha catering, cafe dan restoran. Aksinya melakukan waste management training. Tujuannya, mengendalikan dan mengatur buangan sampah organik hingga tuntas. Maknanya, yang namanya sampah apa pun itu, melalui pelatihan singkat ini, menjadi hal yang bermanfaat minimal di lokasi usaha mereka.
Cakupan materi pelatihannya, meliputi pengolahan Pupuk Organik Cair (POC). Ini kerap juga disebut proses olah sampah organic berbasis MOL atau Micro Organism Liquid. Dasar pemikirannya, POC ini merupakan dasar kemandirian ketahanan pangan bagi masyarakat yang berprinsip pada konsep ramah lingkungan. Artinya, bila berhubungan dengan unsur lingkungan:
”Kita ini harus sopan, tidak sombong. Wujudnya, harus sayang pada pentingnya keberlangsungan hidup kita. berbaik-baiklah sama lingkungan sekitar,” demikian ucap Erlan Effendy dengan gamblang tanpa bermaksud menihilkan arti kegiatan ini.
Lebih jauh masih kata pasangan ‘pecinta lingkungan’ yang tak pernah menyerah ini, tujuannya demi meningkatkan potensi masyarakat dalam bidang pertanian, dan pengendalian hama.
”Diakui program ini skalanya masih kecil, namun kami percaya small is beautiful,” ucap Tony Francis yang sigap mendemonstrasikan sulapan sampah dapur yang kata banyak orang suka bikin repot kali ini, ajaib dalam tempo singkat jadi barang yang bermanfaat.
Apa Kata Peserta?
Diantara 20 peserta pelatihan ini, ada Tuti. Ia pelaku bisnis cafe yang biasa menyajilan hidangan Jepang berupa Suki dan Yakiniku dengan nama Cuisine Momiji, maupun Omiji. Pun Tuti kerap menyajikan hidangan ala kuliner Sunda, namanya Greget Mantep. Lokasi Tuti berbisnis, tepatnya di Jl. Badak Singa No. 2 Bandung. Sok cobian kesanah …?
”Mengolah sampah sendiri, pastinya dapat mengurangi tumpukan sampah yang bertebaran dimana mana. Awalnya, sulit mengolah sampah sendiri sedangkan di lahan yang amat terbatas. Namun melalui POC atau MOL ini, yakin bisa mengatasinya. Limbahnya, malah bermanfaat bagi banyak orang,” kata Tuti yang tampak antusias mengikuti program tersebut.
Lalu, apa tanggapan lain dari peserta bernama Wini? Wini sendiri sudah lama dikenal sebagai pengelola cafe Lentera di Jl. Ranca Kendal No. 8 Dago Resort. Bandung. Menurutnya, implementasi program GWJ ini sangat bagus, berguna terutama bagi pengusaha yang bergerak di bidang pengolahan makanan.
Masih kata Wini, sisa makanan yang tadinya menimbulkan masalah, justru berbalik menjadi bermanfaat setelah diolah melalui proses POC atau MOL.
“Bisa menyuburkan tanah, dan lahannya jadi layak ditanami aneka tanaman sehat yang bebas kimia serta pestisida yang berbahaya itu. Koq Bisa Ya? Makanya, pelatihan semacam ini, perlu disebar-luaskan,” tegasnya.
Intinya, kata beberapa peserta lainnya, andai makin banyak pengusaha makanan khususnya di kota-kota besar melakukan cara POC atau MOL ini atas limbahnya niscaya tumpukan sampah makanan yang banyak mencemari lingkungan, bisa diredusir.
“Kapan Kang Erlan pelatihan semacam ini akan dilakukan ke kelompok lainnya?,” tanya Tuti dan Wini sambil keduanya melirik Tony Francis yang tampak prigel mencampurkan contoh sisa olahan dapur yang biasanya bingung mau diapakan semua itu?
Hal tersebtu ditanggaoai oleh Erlan Effendy, sosok Erlan Effendy yang biasa bak ‘kutu loncat’ di panggung hiburan sebagai vocalist Wachdach Band, kala menjadi instruktur menularkan cara memerangi sampah dapur atau kelompok non organic, tampak piawai mendeskripsikan ajakan mencintai lingkungan sekitar dengan lebih bijak.
“Memang, baru sampai disinilah sumbangsih kami. Semoga aksi kecil ini bisa berefek nyata dalam lingkaran terdekat dahulu. Bila responnya semakin baik, kami siap meluaskan kegiatan ini. Sementara, seperti inilah dulu …,” paparnya yang diamini oleh rekannya DR. Teriska Rahardjo. Dip. TESOL., Med, selaku ‘master mind’ di kegiatan ini. (iwn)
Leave a Reply