dejabar.id, Cirebon – Bendera Pusaka Merah Putih merupakan bendera kebanggaan Bangsa Indonesia. Bendera ini pertama kali dikibarkan usai pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Jakarta oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Bendera itu sendiri dijahit oleh istri Ir. Soekarno, Fatmawati.
Selain di Jakarta, pengibaran Bendera Merah Putih usai pembacaan teks Proklamasi ternyata juga dilakukan di Kota Cirebon, tepatnya sehari setelah Proklamasi, yakni 18 Agustus 1945. Bendera tersebut kini masih tersimpan rapi di kediaman Indra Ratna Esti Handayani, Jalan Pagongan, Kota Cirebon.
Bendera tersebut tersimpan bersamaan dengan naskah-naskah dan foto-foto lama. Kondisi bendera berukuran 160 x 120 cm tersebut cukup rapuh. Terdapat beberapa sobekan dan lubang-lubang bekas hangus terbakar. Warnanya pun memudar. Meskipun begitu, bendera tersebut menjadi saksi bisu perjuangan Olly Siti Soekini (12 Januari 1925 – 16 Oktober 1994), ibunda Esti Handayani, dalam kemerdekaan Indonesia di Kota Cirebon.
Esti menceritakan, setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno dan Muhammad Hatta di Jakarta, kabar tersebut disiarkan oleh para tokoh dengan menggunakan radio ke seluruh penjuru, salah satunya adalah ke Kota Cirebon. Kabar tersebut pun akhirnya sampai ke telinga Olly Siti Soekini pada tanggal 18 Agustus 1945.
Olly Siti Soekini atau yang biasa dipanggil Olly Sastra merupakan Ketua Umum Angkatan Muda Tjirebon yang sangat dekat dengan Ir. Soekarno. Begitu mengetahui Indonesia sudah merdeka, beliau langsung menjahitkan sebuah bendera merah putih dari kain satin. Kemudian bersama kawan-kawannya, Olly mengibarkan di halaman Gedung Djawa Hookookai di Jalan Pekalipan nomor 106 Kota Cirebon, pada tanggal 18 Agustus 1945 pukul 16.00 WIB.
“Dengan semangat, ibu saya menurunkan bendera Jepang di gedung tersebut, dan diganti dengan bendera Merah Putih hasil jahitannya,” jelas Esti menceritakan perjuangan ibunya, Rabu (14/8/2019).
Sayangnya, aksi yang dilakukan Olly dan kawan-kawannya tersebut diketahui oleh tentara Jepang bernama Tanaka. Bendera tersebut kemudian diturunkan dan dibakar oleh Tanaka. Dia mengatakan bahwa Indonesia belum merdeka.
Olly pun tak terima. Dia mengatakan bahwa Indonesia sudah merdeka. Namun, hal tersebut langsung dibantah oleh Tanaka, yang mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian dari Jepang.
Olly pun berusaha merebut kembali bendera yang hampir terbakar tersebut. Namun, wanita tersebut justru mendapatkan pukulan, tendangan, dan jambakan dari tentara Jepang tersebut.
Olly tak peduli mendapatkan perlakuan tersebut. Yang terpenting, dia bisa menyelamatkan bendera Merah Putih dan kembali mengibarkannya. Beruntung, aksi pemukulan tersebut akhirnya bisa dilerai oleh Ketua Barisan Pelopor RM Ronggo.
“Bendera itu bisa diselamatkan dan bisa kembali berkibar pertama kalinya di Kota Cirebon sebagai penanda Indonesia telah merdeka, walau kondisinya hampir hangus dan berlubang di beberapa titik,” tutur Esti.
Olly kemudian mengubah Gedung Djawa Hookookai menjadi Panti Pendidikan Anak-Anak (PPA). Tempat tersebut dikhususkan bagi anak-anak korban perang dan tidak mampu dengan biaya gratis. Sayangnya, bangunan PPA yang bersejarah tersebut kini berubah menjadi tempat pertokoan.
Olly menginginkan agar pemerintah bisa mengibarkan bendera yang sangat bersejarah tersebut di tempat pertama kalinya berkibar, yakni eks Gedung Djawa Hookookai atau PPA di Jalan Pekalipan. Namun, karena gedung bersejarah tersebut sudah berubah menjadi pertokoan, maka bendera tersebut cukup disimpan saja di rumah. Pengibarannya pun hanya ketika tanggal 17 Agustus saja, dengan menggunakan bambu, dan ditaruh di pojokan rumah di Jalan Pagongan, yang kini menjadi LKP dan TUK Tata Boga, agar tidak ada yang mengambil atau rusak.
Olly pun tutup usia pada tahun 1994 di usia 69 tahun. Beliau tidak mau dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP). Karena menurutnya, pahlawan tak harus dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
“Pahlawan tidak harus dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, yang terpenting beliau sudah berupaya membela tanah airnya. Begitu kata ibu saya. Jadi ibu saya dimakamkan di pemakaman Pronggol,” kenangnya.
Dengan adanya kisah ibunya yang mengibarkan bendera Merah Putih pertama kalinya di Kota Cirebon, Esti berharap bendera tersebut sangat berarti bagi generasi penerus, agar bangsa Indonesia mengetahui perjuangan, bahwa di Kota Cirebon dikibarkan Bendera Merah Putih pertama kalinya.(Jfr)
Leave a Reply