Press ESC to close

Inilah Makna Tradisi Grebeg Syawal Menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat

  • June 15, 2019

DEJABAR.ID, CIREBON – Setiap memasuki satu minggu setelah Lebaran, Keraton Kesepuhan Cirebon kerap melaksanakan tradisi Grebeg Syawal ke Kompleks Pemakaman Sunan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon. Tradisi ini merupakan ziarah kubur atau Nyekar kepada leluhur Kesultanan Cirebon, yang disemayamkan di situ.

Menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, Grebeg Syawal merupakan ungkapan rasa syukur, dan mendoakan para orang tua yang sudah terlebih dahulu wafat. Karena, di situlah raja-raja Kesultanan Cirebon beserta keluarga dan kerabatnya disemayamkan, termasuk sang pendiri Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati.

“Ini sebagai bentuk mendoakan kepada para orang tua dan leluhur yang telah disemayamkan,” jelasnya usai melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, Sabtu (15/6/2019).

Selain itu, Sultan melanjutkan, adanya kehidupan yang sekarang karena adanya masa lalu yang dilakuan oleh para leluhur. Masa kini ada karena ada masa lalu. Sehingga, di masa sekarang sangat penting untuk menjaga kehormatan para orang tua, agar selalu mengingat.

Tradisi Grebeg Syawal juga, tambahnya, merupakan ajang untuk bersilaturahmi dengan masyarakat sekitar. Karena tentunya komplek Pemakaman Sunan Gunung Jati ini kerap didatangi oleh para peziarah dari wilayah Cirebon maupun luar.

“Sehingga, ini adalah ajang yang pas untuk bersilaturahmi dengan masyarakat,” jelasnya.

Dirinya berharap, tradisi Grebeg Syawal akan terus dilestarikan dan dipelihara. Apalagi, tradisi ini sudah turun temurun dilakuan oleh keluarga keraton dan abdi dalem, terutama sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.

“Semoga bisa terus berjalan dan terpelihara,” pungkasnya.(Jfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *