
PANDEGLANG, Dejabar.id – Pasir putih dan biota laut kawasan Taman Nasional (TN) Ujung Kulon yang cantik kini banyak dicemari sampah plastik. Selain itu, keberadaan kapal tongkang yang kerap melintasi wilayah tersebut kerap mencemari laut dengan tumpahan batu bara dan sampah berat.
Galih Artaminata Kusuma, Ketua Lembaga Penjaga Pesisir dan Pulau-Pulau Banten (LP3B) mengatakan, dalam beberapa tahun belakangan ini, pantai di Kabupaten Lebak dan Pandeglang seperti panen tongkang kandas.
“Salah satunya adalah kapal ongkang yang berlalu-lalang di wilayah selatan membawa batubara dari Kalimantan menuju kearah PLTU dan pabrik Semen Merah Putih,” kata Galih dalam talkshow bersama Sultan TV, Selasa (11/10/2022).
Ia menambahkan, tidak sedikit kapal yang kandas di wilayah pesisir selatan Jawa. Hal ini dikarenakan kapal Tug boat penarik tongkang-tongkang batubara tidak di desain untuk kuat terhadap gelombang dan angin terutama di pantai selatan Jawa.
“Tumpahan batubara sampai saat ini masih mencemari laut dan pantai. Sampai saat ini tidak ada tindak lanjut dari pemerintah,” katanya.

“Tidak ada tindak lanjut dari pemerintah soal tumpahan batu bara di laut. Tidak ada ketegasan! Lalu lalang kapal tongkang batu bara di laut wilayah selatan menjadi bencana bagi masyarakat!” tegasnya.
Hingga kini di wilayah pesisir selatan pulau jawa masih banyak dijumpai pencemaran dari batubara, selain itu, bahnyak sampah berat berupa bangkai kapal dan sisa pembongkaran kapal (Scrap).
“Sisa scarp atau pemotongan kapal tongkang yang semestinya tidak dipotong di wilayah sana. Karena disana banyak satwa yang dilindungi dan terumbu karang, terutama di TNUK. Ini bisa hancur!” katanya.
“Sampai saat ini sisa scrap tersebut masih disana. Tidak hanya di TNUK saja, tetapi ada juga di beberapa titik seperti di Pulau Deli, dan Pulau Tinjil,” tambahnya.
Ia menambahkan, dampak dari pencemaran tersebut mulai terlihat, terutama dari berkurangnya biota laut di bibir pantai. Hal ini menyebabkan para nelayan harus menempuh jarak yang lebih jauh ke laut untuk mendapatkan ikan.
“Agustus kemarin kita sempat observasi ke kawasan TNUK, haarusnya di bulan itu banyak penyu hijau bertelur. Akan tetapi dengan bangkai tongkang tersebut, tidak terlihat satupun penyu hijau,” paparnya.
“Kenapa dari pihak pemerintah dan stakeholder ini seakan tutup mata dan telinga terhadap pencemaran tersebut?” tutupnya. []
Leave a Reply