DEJABAR.ID, MAJALENGKA – Para petani disejumlah desa di Kecamatan Jatitujuh dan Kertajati, Kabupaten Majalengka, mencoba peruntungan bercocok tanam di musim kemarau ini dengan menanam buah semangka.
Ini dilakukan karena untuk tanaman semangka tidak membutuhkan air yang terlalu banyak, apalagi kondisi kemarau seperti ini tidak merepotkan urusan pengairan.
Salah seorang petani asal Desa Palasah, Kecamatan Kertajati, Edy mengatakan, beberapa bulan terakhir ini banyak petani yang banting strir mencoba peruntungan memanfaatkan musim kemarau dengan bertani semangka. Diantaranya dilakukan disejumlah petani di Desa Palasah, Kecamatan Kertajati, yang daerahnya benar-benar sulit air.
“Lumayan buat tambah-tambah penghasilan para petani disini berupaya menanam semangka yang tidak butuh air banyak, namun hasilnya bisa maksimal dan juga tanaman semangka lebih memiliki kualitas bagus dibanding ditanam saat musim penghujan,” katanya, Kamis (27/9/2018).
Menurut dia, apabila pohon tersebut ditanam di musim kemarau, maka akan buahnya besar dan rasanya jauh lebih manis. Selain itu, untuk penyiraman bisa hanya sekadar basah dan tidak perlu dilakukan setiap hari, apalagi kalau sengaja diberi air yang terlalu banyak justru rasanya kurang manis serta akan lebih banyak daun dibanding buah.
Waktu tanam pun, kata dia, hanya butuh dua bulanan bisa langsung dipanen sama halnya dengan bawang merah, hanya saja modal dan pengairan semangka jauh lebih efisien.
“Tahun ini buah semangka lebih berkualitas baik dari sisi ukuran atau pun rasa. Satu buah semangka bulat beratnya ada yang mencapai lima hingga 6 Kg, sedangkan semangka inul yang bentuknya lonjong satu buah beratnya mencapai lebih dari 3 Kg. Kami menanam semangka di areal 350 bata dan bisa memanen hingga 15 ton,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan, Munadi petani lainnya di Desa Palasah, hampir setiap tahun petani di wilayahnya memanfaatkan musim kemarau dengan bertani semangka dan menjelang bulan puasa bertani mentimun suri. Hasilnya dijual ke sejumlah wilayah baik pasar tradisional ataupun pasar Induk Cibitung, Caringin serta Gede Bage.
“Musim panen semangka tahun ini harga dari tingkat petani benar-benar anjlok diduga akibat panen raya yang terjadi di sejumlah daerah termasuk Indramayu. Harga di tingkat petani hanya mencapai Rp1.500 saja per-Kg, bahkan ada petani yang bersedia menjual seharga Rp1.000 per-Kg,” keluhnya.
Kendati harga murah, lanjut dia, petani masih untung tapi tidak memuaskan seperti yang dialami tahun-tahun sebelumnya. Modal Rp 12 juta dengan meraup untungnya hanya Rp.4 juta saja. Apalagi kalau tanam pepaya jauh lebih mudah tidak butuh pemeliharaan ekstra.
“Sebetulnya, menurut kami keuntungan bisa lebih besar bila petani bersedia menjual sendiri ke pasar induk atau pasar-pasar tradisional sekalipun. Hanya semua patani di wilayahnya baisanya tidak mau direpotkan sehingga menjualnya begitu panen selesai,” pungkasnya. (jja)
Leave a Reply