
JAKARTA, Dejabar.id – Komunike bersama Pemuda Lintas Organ Lembaga Kajian Strategis Bangsa menggelar diskusi publik dalam rangka memperingati Hari Pahlawan ke-77 tahun 2022 bertajuk “Kepahlawanan di Era Disrupsi dan Ancaman Resesi Global”, di Resto Hotel Bintang Baru, Jakarta Pusat, Sabtu (12/11/2022).
Diketahui sejarah Hari Pahlawan Nasional bermula pada kredo yang menyatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya adalah sepenuhnya benar. Sebab mereka telah berkorban harta-benda bahkan nyawa, jiwa-raga, darah dan air mata. Sudah sepatutnya kita harus menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang bahkan gugur di medan perang. Sebab, kalau tak ada pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan, kita juga sudah pasti tak ada.
Demikian pula dengan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) 21-22 Oktober 1945, jika tak ada fatwa jihad ini, tentu tak akan ada perang 10 November 1945 untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih bangsa Indonesia. Peristiwa 10 November tidak bisa dipisahkan dari peran besar para ulama-ulama NU. Terutama sosok Hadratussyeikh KH. M. Hasyim Asy’ari (kakeknya Gus Dur) yang mencetuskan fatwa Resolusi Jihad NU, yang mendeklarasikan perang mempertahankan kemerdekaan sebagai perang suci alias jihad fii sabilillah. Belakangan deklarasi ini populer dengan istilah Resolusi Jihad NU.
Semangat kepahlawanan di era disrupsi Pertanyaan kemudian, apa yang bisa kita lakukan sebagai generasi pemuda penurus dan pelurus sejarah perjuangan bangsa di era sekarang?
Sebut saja perubahan tren model transportasi, tren cara pembayaran digital/online, fitur tarik tunai di segala tempat, transaksi jual beli dapat terjadi dimana saja tanpa batasan ruang dan waktu, dan lain-lain.
Di satu sisi, era disrupsi ini dapat menggairahkan dan menciptakan peluang-peluang baru, namun di sisi lain bisa juga menjadi ancaman yang mengubah kreasi, pola atau alur kompetisi yang sudah tercipta sebelumnya. Kemajuan-kemajuan dan kemudahan-kemudahan di era disrupsi ini kiranya patut disyukuri sekaligus patut diwaspadai secara cermat dan bijak. Meski membawa berbagai kemudahan dan kemanfaatan, tapi persaingan bisnis menjadi semakin ketat dan sulit (bisa sangat kejam).
Sebab, perubahan atas dalih modernitas atau apa pun sudah barang pasti akan berdampak pada pelbagai lini atau sektor kehidupan. Karena tidak semua masyarakat dapat merespon dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan di era disrupsi yang diiringi percepatan tekhnologi (IT) ini, dengan berbagai faktor dan kendalanya masing-masing.
Sinergitas dan kepeloporan pemuda Di sinilah nilai-nilai kepeloporan dan semangat kepahlawanan pemuda tidak boleh mati. Sebaliknya, harus kita gelorakan untuk saling membantu, bahu-membahu dengan saling bersinergi satu sama-lain. Dengan saling meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM, serta transfer pengetahuan dan informasi agar kita sama-sama dapat berinovasi dan bertransformasi ke arah digitalisasi yang ramah lingkungan dan tetap mengedepankan humanisme. Agar kita sejahtera bareng-bareng.
Diketahui, kegiatan ini diinisiasi oleh Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) di dukung oleh Indonesian Public Institute (IPI), Kedai Ide Pancasila, dan Alumni Taplai INTI Lemhanas RI Angkatan I. Adapun narasumber yang hadir Karyono Wibowo, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute, Wahab Talaohu,Pendiri Famred ‘98/Certified Risk Professional, Ahmad Rifa’I, Mantan Pengacara Pimpinan KPK, Agung Wibowo Hadi Pendiri Forkot ‘98/Direktur Kajian Lintas Generasi, Christian A. Delvis Rettob (Sekretaris Jenderal PP.PMKRI 2022-2024, Abdul Ghopur, Direktur Eksekutif LKSB/Salah-satu Inisiator Kedai Ide Pancasila, Sahat M. P. Sinurat, Sekretaris Umum GAMKI 2019-2022. []
Leave a Reply