Press ESC to close

Merawat Adat, Warga Bantaragung Majalengka Gelar "Bongkar Bumi"

  • October 25, 2018

DEJABAR.ID, MAJALENGKA-Ratusan warga Desa Bantaragung, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka, berbondong-bondong berkumpul di makom Buyut Nitibaya yang berada komplek pemakaman Salam Gede, untuk menggelar tradisi “Bongkar Bumi” yang merupakan tradisi leluhur mereka yang masih dipertahankan, Kamis (25/10/2018).
Menurut Camat Sindangwangi, Durahman, didampingi Kepala Desa Bantaragung, M Surahman, kegiatan tersebut sudah menjadi tradisi masyarakat setempat.
Dalam kegiatan tersebut, kata dia, ratusan masyarakat juga berdoa bersama meminta kepada Allah SWT agar selalu diberikan kebaikan khususnya saat melakukan penanaman dan saat panen nanti diberikan hasil yang melimpah.
“Acara ini juga kita mendoakan arwah para leluhur atau “karuhun” agar senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT dan sekaligus untuk mengingatkan manusia di dunia ini agar tidak merusak bumi,” katanya.
Menurutya, masyarakat dan pemerintahan desa akan terus mempertahan budaya dan tradisi yang diwariskan oleh para leluhur yang sudah turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu.
“Ini juga sebagai bentuk kesungguhan masyarakat Desa Bantaragung dalam rangka memegang teguh adat istiadat dan budayanya,” ungkapnya.
Dalam acara bongkar bumi ini, lanjut dia, hampir seluruh masyarakat di setiap RW dan RT di Desa Bantaragung, ikut serta dalam semua rangkaian acara tersebut.
“Tradisi ini pula sebagai pengingat kepada kita untuk bisa melestarikan alam dan lingkungan, karena bagian dari hukum alam,” pesannya.
Sementara itu, Dewan Pengaping Paguyuban Pasundan, TB Hasanudin, yang hadir pada kesempatan tersebut, mengapresiasi yang masih tetap mempertahan bongkar bumi atau guar bumi ini yang merupakan warisan leuluhur mereka.
“Tradisi tersebut memiliki pesan positif, karena selain kita berharap panen yang melimpah juga mengingatkan kita sebagai manusia untuk tidak merusak bumi,” ujarnya.
Menurut TB Hasanudin, ritual tahunan semacam guar bumi ini, tak hanya sebagai rutinitas atau ritual yang sifatnya tahunan belaka. Akan tetapi, tradisi bumi ini juga mempunyai makna yang lebih dari itu.
“Ritual bongkar bumi yang sudah menjadi rutinitas masyarakat Bantaragung ini, merupakan salah satu jalan dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan. Oleh karena itu, kegiatan ini harus tetap dijaga,” imbuhnya.
Sementara itu, menurut Wakil Bupati Majalengka terpilih, Tarsono D Mardiana menyebutkan kegiatan guar bumi atau bongkar bumi harus bisa menjadi aset wisata yang layak dijual ke wisatawan terutama asing.
“Dampak dari BIJB, ritual adat seperti ini sangat menarik bagi wisatawan asing, tinggal bagaimana mempromosikannya kepada meraka. Majalengka punya banyak aset wisata yang potensial tinggal kemauan kita untuk mengelolannya,” tukasnya. (jja)
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *