Press ESC to close

Merawat Peradaban Demokrasi Pancasila: Menggali Makna dan Akar Demokrasi di Indonesia

  • November 14, 2024

JAKARTA, Dejabar.id – Dalam episode terbaru podcast Bincang Hari Ini di YouTube Sultan TV, dipandu oleh Roudloh Rida sebagai Host, diskusi mendalam berlangsung antara Budayawan Uten Sutendi dan Akademisi Dr. Ribut Nur Hadi, M.PdI MA, keduanya sama-sama menjadi pengamat demokrasi di Indonesia saat ini. Mereka membahas tentang makna demokrasi Pancasila dan bagaimana cara merawatnya di tengah perkembangan zaman.

Demokrasi, Bukan Sekadar Kebebasan Berpendapat

Uten Sutendi membuka diskusi dengan menegaskan bahwa demokrasi yang benar tidak hanya berarti kebebasan berbicara semaunya. Demokrasi, menurutnya, adalah sebuah perlombaan ide dan kecerdasan, di mana ruang berpikir yang cerdas menjadi landasan utama. “Demokrasi bukan tentang bebas bertindak sesuai kepentingan kelompok, tetapi tentang bagaimana kita bisa berlomba mengedepankan nilai-nilai luhur dan kualitas hidup yang harmonis,” ujar Uten.

Lebih lanjut, Uten menekankan bahwa demokrasi yang ideal harus mewarnai kehidupan untuk mencapai tujuan yang lebih berkualitas dan damai. Sebagai bangsa, kita harus kembali pada nilai-nilai Pancasila yang mengajarkan hidup yang baik, penuh kebijaksanaan, dan menghargai perbedaan.

“Demokrasi tanpa nilai-nilai luhur akan mengancam harmoni kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus merawatnya dengan kembali kepada akar budaya bangsa,” tambahnya.

Demokrasi Pancasila: Kedaulatan Rakyat Berdasarkan Rule of Law

Sementara itu, Dr. Ribut Nur Hadi mengingatkan bahwa sejak sekolah dasar, kita telah diajarkan tentang esensi demokrasi sebagai “kedaulatan berada di tangan rakyat, dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.” Namun, demokrasi di Indonesia, menurutnya, tidak lepas dari sejarah panjang, mulai dari era kerajaan hingga kemerdekaan. Demokrasi Indonesia saat ini, kata Dr. Ribut, harus tetap berada dalam bingkai Pancasila dan berlandaskan pada rule of law (aturan hukum).

“Demokrasi di Indonesia sudah mapan, tantangannya sekarang adalah bagaimana kita menerapkannya dengan baik. Dengan adanya teknologi, kita harus bisa memanfaatkannya sebagai alat untuk kemajuan peradaban bangsa,” jelasnya.

“Gotong royong dan kolaborasi adalah kunci untuk memperkuat demokrasi. Sebagai bangsa besar, kita harus bersyukur dan menjaga nilai-nilai leluhur yang membuat kita produktif, kompetitif, dan mampu bekerja sama dengan dunia internasional,” ujar Dr. Ribut, menutup sesi dengan harapan optimis untuk masa depan demokrasi Indonesia.

Pesan Akhir: Menjaga Harmoni dalam Beragam Perbedaan

Diskusi ini menegaskan kembali pentingnya menjaga nilai-nilai luhur Pancasila dalam praktek demokrasi sehari-hari. Demokrasi bukanlah sekadar kebebasan berpendapat, tetapi tentang bagaimana kita bekerja sama, menghargai satu sama lain, dan membangun peradaban bangsa yang lebih baik. Sebagai bangsa, kita harus selalu ingat untuk menjaga harmoni meskipun ada perbedaan, dan terus berusaha menjadi warga dunia yang menghormati budaya nusantara kita.

“Di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung,” tutup Dr. Ribut pada Bincang Hari ini di YouTube Sultan TV. (Jodi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *