DEJABAR.ID – Beberapa minggu lalu, ada isu berkembang bahwa Bali dijual murah ke turis China. Turis asal negeri Tirai Bambu bisa datang ke Bali dengan begitu murahnya. Turis China tahun 2018 ini mendominasi jumlah kunjungan ke Bali. Bisa jadi hal ini terjadi karena murahnya berlibur ke Bali bagi mereka.
Hal teraebut sebanding dengan turis kulit putih yang berasal dari Australia ataupun Eropa. Terlihat bagus buat wisata Bali karena banyak turis China, namun kenyataannya tidak seindah itu.
Sistem turis China masuk ke Indonesia bisa lewat travel agent dari China. Mereka mendapat subsidi atau sponsor dari toko-toko souvenir milik pengusaha China di Bali. Subsidi untuk travel agent itu sangatlah besar sehingga bisa menekan biaya trip para wisatawan dari China.
Seperti dilansir hipwee, pernyataan mengejutkan ini disampaikan oleh Elsye Deliana, Ketua Divisi Bali Liang Asita Denpasar.
Dalam setahun terakhir Bali hanya dihargai seharga 999 renminbi atau sekitar Rp 2 juta saja. Harga miring tersebut sudah termasuk tiket pesawat pergi-pulang, makan dan menginap di hotel selama 5 hari 4 malam. Bahkan backpackeran dari Jakarta pun nggak bisa lho dapat harga segitu. Belakangan harga tersebut makin turun dan makin nggak masuk akal. Belakangan, harganya menjadi 777 renminbi atau sekitar Rp 1,5 juta.
Yang disayangkan kini semakin turun lagi menjadi 499 renminbi atau sekitar Rp 1 juta dan yang teranyar 299 renminbi atau sekitar Rp 600 ribu. Harga yang nggak logis sama sekali.
Padahal biaya harga liburan untuk turis China itu sekitar 600 USD atau 9 juta rupiah. Dnehan harga yang snagat tururn itu, hal tersebut akan berimbas pada pelayanan terhadap para wisatwan sendiri. (yga)