DEJABAR.ID, MAJALENGKA – Menjaga tradisi lokal tidak bisa dilepaskan dari menjaga eksosistem di lingkungan sekitar. Sehingga, jika tradisi lokal tetap ada, maka sebetulnya itulah yang dimaksud dengan kebudayaan dalam konteks tertentu.
Alasannya, budaya dan kebudayaan juga berlaku sama dengan hal apapun secara umum dan global, seperti korupsi yang telah menjadi budaya atau ketika sekolah, selalu ada istilah mencontek yang juga telah menjadi budaya.
Hal ini ditegaskan pakar kebudayaan Nasional, Aat Soeratin, ketika hadir dalam diskusi bulanan 17-an yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian dan Kebudayaan Majalengka (Dekkma) yang dipusatkan di Aula Disparbud, Senin (17/9/2018).
Dalam hal membangun budaya, kata dia, maka kunci utamanya, yakni soal pendidikan dan berbicara tentang pendidikan itu harus berbasis ekosistem.
“Ekosistem melahirkan kebudayaan dan kebudayaan membangun peradaban. Hubungan segitiga antar orang dengan lingkungannya harus terjalin. Manusia berubah maka secara otomatis lingkungan hidup juga berubah, maka ekosistem juga berubah-ubah,” ungkapnya.
Aat menambahkan, jika berbicara tentang kebudayaan itu secara global bisa terdiri dari 6 poin utama. Yakni, ilmu pengetahuan, ekonomi, kepercayaan, seni/estetika, solidaritas dan kekuasaan. Ke-enam poin tersebut harus melalui tahapan perjalanan budaya serta perjalanan hanya bisa dilakukan jika mempunyai titik keberangkatan dan titik tujuan.
Harus ada titik keberangkatan dan titik tujuan, tanpa itu susah dicapai. Oleh karenanya, kesimpulan singkatnya yakni kebudayaan merupakan konfigurasi dari tradisi dan tradisi sangat berbeda dengan trend. Karena, trend adalah sesuatu yang akan hilang segera oleh trend lainnya.
“Jika trend bertahan sepuluh tahun, lima belas tahun atau dua puluh tahun lebih itu menjadi tradisi, karena sulit dihilangkan,” tandasnya.
Terpisah, Ketua Dekkma, Asikin Hidayat mengatakan, pertemuan agenda rutin bulanan setiap tanggal 17 akan bersinergi dengan JAF di pertemuan 27-an dan KIM pada tanggal 7-an.
“Sehingga agenda rutin para pelaku seni budaya di Majalengka, bisa bersinergi dalam rangka memajukan seni dan memelihara tradisi budaya lokal yang ada di Majalengka,” ungkapnya.
Kadisparbud Majalengka, Gatot Sulaeman menambahkn, agenda rutin setiap komunitas seni memang harus disinergikan. Saat ini kondisi serta situasi tentang bidang kebudayaan ini mendapatkan sinyalemen yang cukup kuat dari pemerintah.
“Kami harap kebudayaan yang ada di Majalengka, harus terus dikembangkan,” harap dia. (jja)
Leave a Reply