Press ESC to close

Pendongeng Anak Nasional Ini Maju Sebagai Calon Kuwu di Jemaras Kidul Kabupaten Cirebon

  • October 2, 2019

Dejabar.id, Cirebon – Gelaran Pemilihan Kuwu (Kepala Desa) serentak di 177 desa di Kabupaten Cirebon sudah dimulai. Masing-masing calon kuwu berasal dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari pengusaha, ibu rumah tangga, wiraswasta, dan lain-lain. Namun, ada salah satu calon kuwu yang terbilang unik, yakni seorang pendongeng anak.

Adalah Ale (35), pendongeng anak tingkat nasional yang sudah mendongeng di berbagai tempat di Indonesia, seperti Maluku, Medan, Makasar, Banten, Binjai, Jawa, dan lain-lain. Memasuki pemilihan Kuwu ini, dia merasa terpanggil untuk memimpin desa kelahirannya, yakni Desa Jemaras Kidul, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. 

Ale sendiri menjadi calon termuda di antara 5 calon kuwu lainnya di Desa Jemaras Kidul. Meskipun berlatar belakang seorang pendongeng anak, tidak menjadi masalah baginya.

Majunya Kak Ale, sapaan akrabnya, sebagai calon kuwu di desanya adalah hal yang tidak disengaja. Awalnya dia tidak berminat untuk mencalonkan diri. Begitu melihat para perangkat desa yang merasa bahwa desanya belum ada pembangunan apapun, serta ada dua calon kuwu lainnya yang mempunyai visi dan misi yang tidak jelas, akhirnya dia memberanikan diri untuk mencalonkan diri sebagai calon kuwu.

“Saya melihat selama pemilihan Kuwu ini belum ada peningkatan apapun di desa Jemaras Kidul,” jelasnya saat ditemui Dejabar.id usai mendongeng di Perpustakaan 400 Kota Cirebon, Rabu (2/10/2019).

Sebagai pendongeng, lanjutnya, merupakan sebuah panggilan jiwa yang kerap dilakukannya. Dengan mendongeng, ada nasehat yang bisa membangun karakter dan tidak menggurui. Sehingga, akan sangat mudah dipahami oleh anak-anak.

“Dongeng sudah menjadi bagian hidup saya,” jelasnya yang sudah mendongeng sejak 2007 silam.

Ale mengaku, dirinya hanya bisa beserah saja kepada Tuhan dalam pemilihan ini. Terpilih atau tidaknya, dia tetap tidak akan meninggalkan dunia dongeng. Sebab, jika memang dia diberi kesempatan untuk memimpin desanya, maka dia akan menjadikan dongeng sebagai budaya. Karena, dongeng bisa membangun komunikasi yang baik antara anak dan orang tuanya.

“Karena, ketika anak sudah dapat pendidikan yang baik dari rumahnya, ketika mendapatkan hal yang tidak baik dari luar, maka dia bisa menyaringnya,” pungkasnya.(Jfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *