DEJABAR.ID, CIREBON – Setiap memasuki tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah, Keraton Kesepuhan Cirebon kerap menggelar tradisi Panjang Jimat yang dilakukan pada malam hari, sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut diperingati setiap tahunnya dan sudah berjalan ratusan tahun sejak Keraton Kesepuhan berdiri.
Kegiatan malam Panjang Jimat tersebut ternyata mendapat apresiasi dari Pj Wali Kota Cirebon, Dedi Taufik, saat menghadiri prosesi Panjang Jimat di Keraton Kesepuhan Cirebon, Rabu (21/11/2018) malam.
Menurutnya, pelaksanaan tradisi Panjang Jimat turut mendorong pengembangan wisata religi di Kota Cirebon. Panjang Jimat juga memiliki fungsi pencerahan pendidikan moral yang sesuai dengan visi Pemerintah Ptovinsi Jawa Barat, yakni Juara Lahir dan Batin.
“Tradisi Panjang Jimat merupakan momentum penting dalam tradisi budaya Cirebon yang telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu. Ada andil besar para tokoh Cirebon dalam perjuangan membangun Jawa Barat dan berdirinya NKRI,” jelasnya.
Dedi menjelaskan, tradisi Panjang Jimat juga mengandung simbol dan nilai perwujudan bernafaskan Islam yang harus tetap terpelihara. Sehingga, masyarakat Cirebon sudah selayaknya menjaga dan melestarikan tradisi Panjang Jimat.
“Mari kita jaga dan lestarikan budaya Cirebon ini agar tetap menjadi ciri khas dan daya tarik Cirebon,” jelasnya.
Sedangkan menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, dalam prosesi Panjang Jimat di Keraton Kesepuhan ini, ada 16 iring-iringan dan prosesi yang membawa berbagai benda yang disimpan di atas panjang (piring pusaka) dan memiliki makna filosofis. Iring-iringan pertama tersebut terdapat lilin yang menggambarkan bahwa lahirnya Nabi Muhammad terjadi pada malam hari.
Selain itu, lilin yang dibawa juga menggambarkan kesiapan Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad, dalam mencari semacam bidan untuk membantu persalinan dan kelahiran Nabi.
“Semua iring-iringan memiliki nilai filosofis, sampai pada pembacaan Kitab Barjanji atau sejarah kelahiran Nabi,” pungkasnya.(Jfr)