DEJABAR.ID, MAJALENGKA – Mengandalkan batu-batu sisa dari Desa Sukahaji, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, puluhan perempuan atau ibu-ibu tampak sibuk “mekprek” atau memecah batu hingga menjadi kerikil untuk digunakan sebagai bahan membangun rumah atau jalan.
Pemandangan itu terlihat di jalan Pangeran Muhammad, Dusun Kamis, Desa Sukahaji Kecamatan Sukahaji, Selasa (25/9/2018).
Usaha mekprek batu ini konon mulai ramai sejak beberapa tahun terakhir. “Kalau saya, sudah sekitar delapan tahun menekuni kegiatan ini,” ujar salah seorang perajin Armah (65) saat ditemui di saung praktiknya.
Armah yang ditemani oleh Arja (75) mengaku, dirinya bisa menghasilkan satu kubik batu kerikil dalam waktu sekitar sepekan.
“Alhamdulillah ada saja yang membeli, khususnya mereka yang tengah membangun rumah atau mereka yang tengah membuat jalan maupun gang di kampung,” ujarnya seraya menuturkan, mayoritas pembelinya masih di lingkungan sekitar di wilayah Kabupaten Majalengka.
Peralatan utama untuk mekprek sendiri sangat sederhana, yaitu palu. Selain itu, kata dia, ada alat untuk meletakkan batu yang hendak dipecah agar posisinya tidak bergeser yang terbuat dari bambu dan karet ban.
“Memang masih sedikit hasilnya. Kami kan membuat ini secara tradisional, hanya dengan mekprek. Tentunya, berbeda dengan yang dibuat oleh pabrik yang menggunakan mesih pemecah batu,” ujarnya.
Latar belakang melakukan usaha mekprek batu tersebut, semata hanya untuk penghasilan, setelah usaha sebelumnya tidak lagi menjanjikan. Apalagi di tengah kondisi himpitan ekonomi seperti saat ini, kegiatan bermanfaat yang bisa menghasilkan uang ini menjadi andalan. Setidaknya, lanjut dia, ada 30 orang di blok ini yang berkecimpung dalam usaha mekprek batu tersebut.
Sekarang ini, para perajin itu, bernaung di bawah tenda di pinggir jalan antara lintasan Majalengka menuju Cirebon. Namun, semuanya tertib.
“Kegiatan kami tidak mengganggu arus lalu lintas disini,” imbuhnya.
Sementara itu, Kamad menuturkan, dalam sehari dirinya bisa memperoleh pendapatan minimum Rp15 ribu. Mereka yang membeli batu kerikil ini biasanya membawa kendaraan sendiri.
“Tetapi, kalau kebetulan mereka tidak membawa kendaraan, maka kami yang mengantarnya hingga tujuan dengan menyewa,” jelasnya.
Batu-batu ini, sambung dia, diperoleh dari gunung bebatuan yang berada sekitar dua kilometer ke arah selatan dari tempat usahanya sehari-hari. Tentunya, meskipun ini dilakukan secara tradisional, usaha mekprek batu telah memberi berkah bagi dirinya dan keluarga guna menyambung hidup sehari-hari. (jja)
Leave a Reply