DEJABAR.ID, MAJALENGKA-Santri Pondok Pesantren At-tadzkir, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, berhasil menjadi juara II tingkat Nasional, Cabang Musabaqoh Syarhil Quran pada MTQ tingkat Nasional, di Medan Sumatera Utara, beberapa hari lalu. Santri asal Majalengka itu merupakan delegasi dari Provinsi Jawa Barat.
Pengasuh Ponpes At-tadzkir Desa Pasanggrahan, Didin Misbahudin mengaku, merasa bangga dan bersyukur dengan adanya santri yang berprestasi di tingkat nasional.
Atas prestasi itu mengingatkan dirinya ketika mengalami juara Nasional Musabaqoh Syarhil Quran pada MTQ Nasional tahun 2008 dan ternyata sekarang bisa diteruskan oleh santri sendiri.
“Insya Allah ke depan kami dari ponpes At-tadzkir bertekad sekuat tenaga mendidik dan mencetak kader Syarhil Quran berikutnya agar bisa menjadi juara Nasional,” papar alumni S2 UIN Bandung ini, Senin (15/10/2018).
Namun kata dia, yang paling penting santrinya bisa bermanfaat dan mendakwahkan Al-Quran di masyarakat dan umat Islam secara keseluruhan.
“Mohon doa dan dukungan dari semuanya semoga cita-cita dan seluruh program ponpes At-tadzkir bisa tercapai. Aamiin,” kata mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Majalengka (Himmaka) ini.
Dia menambahkan, Pondok Pesantren At-Tadzkir didirikan pada 2010 lalu, dengan konsep perpaduan antara pendidikan dan dakwah. Tujuannya, untuk mendidik dan membina umat Islam, terutama generasi muda, agar berakhlakul karimah, memiliki ilmu pengetahuan dan sanggup beramaliah, serta siap berdakwah demi terwujudnya ‘khairu ummah’.
“Pondok Pesantren At-Tadzkir merupakan lembaga pendidikan dan lembaga dakwah yang didirikan atas dasar panggilan jiwa dan rasa tanggung jawab dalam mendidik dan membina umat Islam,” ujarnya.
Didin menjelaskan, jenjang kelas yang dilaksanakan di pesantren yang kini memiliki 250 santri dari berbagai daerah tersebut, yakni kelas TKQ/TPQ.
Kelas ini ditujukan untuk santri ghair mukim yang masih mempelajari huruf-huruf dan bacaan Alquran (Iqro). Selain itu, kelas I’dad (persiapan). Kelas ini ditujukan bagi santri baru atau santri yang belum lancar baca tulis Alquran dan praktik ibadah serta mempersiapkan diri untuk bisa mempelajari kitab kuning.
Selanjutnya adalah kelas Ibtida (permulaan). Di kelas ini, terdiri dari tiga jenjang yaitu Ibtida Awal, Ibtida Tsani, dan Ibtida Tsalis. Setelah itu, kelas Tsanawi (pertengahan) yang terdiri dari tiga jenjang, yaitu Tsanawi Awal, Tsanawi Tsani dan Tsanawi Tsalits. Terakhir, kelas Ma’had Aly, yang ditujukan bagi santri-santri senior dan dipersiapkan untuk pengabdian, baik di pesantren dan di masyarakat sebagai calon “ulama warotsatul anbiya”.
Selain itu, kata dia, ada pula bimbingan seni hadroh/marawis/qasidah, yang ditujukan untuk mencetak santri yang mampu menyanyikan salawat dan syair Islami dengan menggunakan rebana, genjring dan marawis. Seni upacara adat Islami penjemputan pengantin, yang ditujukan untuk melayani ma syarakat dalam acara wali mah pernikahan.
“Olahraga pun di ajarkan kepada para santri. Misalnya, bola voli, sepak bola dan bulutangkis,” ujarnya.(jja)
Santri Asal Majalengka Juara II Tingkat Nasional
Previous Post
Leave a Reply