dejabar.id, Bandung – Alat musik angklung merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Sebelumnya, angklung yang berada di daerah-daerah bernada pentatonis. Kemudian dikembangkan menjadi nada diatonis oleh bapak Daeng Soetigna, sehingga sampai saat ini dikenal dengan sebutan “angklung padaeng”. Angklung padaeng sampai saat ini digunakan di sekolah-sekolah, karena dapat memainkan lagu tradisional, lagu nasional maupun lagu populer.
Sejak tanggal 23 Agustus 1986 angklung telah ditetapkan sebagai alat pendidikan musik melalui Keputusan Menteri Kebudayaan No.082/1968 tentang penetapan angklung sebagai alat pendidikan musik. Selain itu, Angklung telah diresmikan oleh UNESCO pada tangal 16 November 2010 sebagai warisan dunia tak benda dari Indonesia.
Menurut TIM PKM Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Diana Efendi mengatakan, pengenalan musik angklung khususnya untuk siswa tuna rungu di SLB N Cicendo Bandung dilakukan dengan mengganti not angka dengan gerakan tangan yang beragam oleh guru.
“Dibutuhkan dua orang guru untuk menghasilkan musik yang harmonis dengan satu orang guru berfokus kepada melodi dan guru lainnya berfokus pada akor,” katanya
Namun, gerakan tangan masih terbatas untuk not not biasa. Gerakan tangan dari guru belum mencakup nada kresendo dan dekresendo. Selain itu, jika salah satu dari guru berhalangan hadir, maka tidak dapat menghasilkan nada yang harmonis.
Dikatakan Diana, untuk mengatasi hal tersebut, dalam kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Kontrak Nomor: 108/SP2H/PPM/DPRM/2019, tanggal 08 Maret 2019, dibuatlah suatu program aplikasi sebagai alat bantu pembelajaran angklung berbasis multimedia, sebagai alat bantuan tambahan dimana dengan multimedia memungkinkan suatu permainan angklung dapat dilaksanakan tanpa bantuan pelatih. Sehingga dapat menggantikan partitur yang biasanya ditunjuk oleh seorang pelatih, dapat digantikan dengan animasi perubahan warna ( colouring score) ketika nada angklung dimainkan.
Selain itu, dibuatnya pembacaan partitur dengan aplikasi android dapat menigkatkan kemampuan siswa dalam berlatih diluar jam latihan.
Dijelaskan Diana, kegiatan ini akan terus berlangsung sampai dengan bulan Oktober 2019, guna terus menyempurnakan aplikasi yang sudah ada dan membiasakan siswa bermain angklung dengan aplikasi tersebut.
“Kegiatan pembelajaran pembacaan partitur angklung dengan metode colouring score yang menggunakan komputer berbasis multimedia ini bukan menggantikan peran pelatih sebagai instruktur dalam membawakan lagu sesuai dengan partitur, namun hanya sebagai media alternatif dalam melaksanakan kegiatan latihan angklung,” jelasnya.
Sosialiasi penggunaan program aplikasi ini diadakan tanggal 16 September 2019 bertempat di SLB N Cicendo sebagai mitra kegiatan PKM, Senin (16/9/2019).
Tim program kemitraan masyarakat (PKM) yang dipimpin oleh Diana Effendi dengan beranggotakan Bella Hardiana yang dibimbing langsung oleh R. Siti Maryati, selaku pembimbing Pelaksanaan PKM di SLB N Cicendo, terlebih dahulu memberikan pemahaman melalui pemaparan materi kepada para peserta didik dilanjutkan dengan simulasi pada aplikasi dengan menggunakan 3 lagu yaitu lagu Bunda karya Melly Goeslaw mewakili lagu berbahasa Indonesia, I Have A Dream – Westlife mewakili lagu berbahasa Asing dan Lagu Peyeum Bandung mewakili lagu daerah Jawa Barat.(Ahy)