DEJABAR.ID, SUBANG – Kehadiran sejumlah pasar tumpah di jalur utama pantai utara, Subang, Jawa Barat, diperkirakan akan menjadi penyebab kemacetan pada puncak arus mudik Lebaran 1440 H. Di sana sedikitnya ada empat pasar tumpah, pasar tradisional Sukamandi, Ciasem, Pamanukan, dan Pusakanagara.
Dari hasil penelusuran bersama wartawan lainnya tampak keberadaan Pasar Sukamandi dan Ciasem-lah yang paling mengganggu arus mudik. Sebab, di kedua pasar itu terdapat persimpangan, permukiman padat penduduk, dan pangkalan ojek serta becak. Dengan demikian, keriuhan lalu lintas manusia dan kendaraan selalu terjadi sejak tengah malam hingga pukul 11.00.
KBO Satlantas Polres Subang Iptu Ikin Sodikin, usai mengikuti acara jalan tol Cipali kampanyekan Inspirasi Mudik Lebaran di Rest Area Pintu Tol Cipali Subang, tak menampik soal keberadaan empat pasar tumpah yang menjadi penyebab utama kemacetan di jalur Pantura itu. Dan, menurut dia, persoalan pasar tumpah merupakan persoalan klasik setiap arus mudik Lebaran.
“Itu sebabnya puncak arus mudik menjadi prioritas pengamanan kami,” kata Ikin.
Selama ini, pasar tumpah di Subang di setiap Mudik Lebaran menimbulkan antrean kendaraan yang sangat panjang, hingga puluhan kilometer. Terutama di jalur Sukamandi-Ciasem sepanjang 10 kilometer. Agar kemacetan tak terus berulang, Ikin mmengaku sering mendapatkan masukan dari masyarakat sekitar untuk membangun jembatan layang atau flyover di sekitar lokasi pasar tumpah.
“Tapi kebijakan soal itu ada pada pihak pemerintah daerah,” kata dia.
Mengenai berapa titik yang sering terjadi kecelakaan untuk di wilayah Subang, ada 2 titik yang harus diwaspadai. Pertama, di tanjakan Emen namun sekarang sudah dibangun jalan penyelamat. Titik rawan ini kemudian berpindah di daerah Cijambe yang kondisi jalannya juga menanjak.
Jalur dari Jakarta menuju Bandung emang banyak jalan tanjakan, sedangkan dari Bandung ke arah Subang-Jakarta sebaliknya, banyak jalan menurun. Banyak kendaraan yang mau menuju Bandung tidak kuat menanjak, sementara kendaraan besar yang bermuatan berat banyak yang tidak kuat menahan rem sehingga banyak kendaraan mengalami kecelakaan.
“Untuk di daerah lainnya yang harus diwaspadai yakni daerah Kalijati, Ciasem dan tol Cipali wilayah Subang,” ucap KBO Lantas Polres Subang ini.
Adapun menurut Pelaksana tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Subang, Aminudin, pembangunan jembatan layang itu merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Sebab, jalur Pantura berstatus jalan nasional. “Pemkab Subang hanya sebatas mengusulkan,” kata Amin.
Soal opsi pemindahan lokasi pasar tumpah, Aminudin mengatakan hal itu tidak mudah dilakukan. Sebab, memerlukan pengkajian yang komprehensif. Seperti menetapkan lokasi pengganti serta pembiayaannya. “Apalagi tidak sedikit pedagang yang enggan dipindah dari lokasi awal.”
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Subang Rona Mairansyah, menambahkan solusi yang biasa dilakukan dalam mengantisipasi kemacetan di puncak arus mudik yakni melakukan upaya kanalisasi. Dengan mengatur pergerakan manusia serta kendaraan yang akan menuju dan keluar pasar. “Tiap 15 menit sekali atau lebih, disesuaikan dengan keadaan, kami akan membuka-tutup jalur di sekitar pasar tumpah,” kata Rona.(Ahy)
Leave a Reply