DEJABAR.ID, CIREBON – Kemiskinan masih menjadi polemik yang tak kunjung selesai bagi masyarakat Kota Cirebon. Peran pemerintah dinilai belum optimal dalam menekan angka kemiskinan tersebut. Hal ini terlihat dikarenakan banyaknya para lanjut usia (lansia) yang masih terlantar, bahkan sebagian dari mereka tidak memiliki tempat tinggal.
Selama ini, penanganan masalah sosial dilakukan secara berkesinambungan, meskipun pada kenyataannya upaya tersebut dirasa belum optimal. Terlebih, anggaran yang dikucurkan dari Pemerintah Pusat dinilai sangat minim.
Menurut Kepala Seksi Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Kota Cirebon, Tomy Chustanto, angka kemiskinan yang tercatat oleh DSP3A Kota Cirebon berada di angka 27.800 KK (kepala keluarga). Hal ini berimbas terhadap terlantarnya sejumlah lansia.
“Yang namanya penanggulangan kemiskinan itu bukan tanggung jawab kita saja, tapi tanggung jawab OPD yang ada di Pemerintahan Kota Cirebon untuk bagaimana bisa melaksanakan program-program yang bisa mengentaskan angka kemiskinan di Kota Cirebon,” jelasnya saat ditemui dejabar.id di Kantor DSP3A, Komplek Perkantoran Bima, Kota Cirebon, Selasa (4/9/2018).
Mengenai permasalahan lansia yang terlantar, lanjut Tomy, pihaknya mengaku belum bisa memberikan bantuan secara maksimal. Bahkan data dari DSP3A Kota Cirebon, lansia yang terlantar sebanyak 1.803 orang. Untuk itu, pihaknya sangat mengharapkan peran serta kepedulian dari pihak lain dalam pengentasan masalah sosial secara menyeluruh.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon, penduduk di bawah angka kemiskinan di Kota Cirebon pada tahun 2016 mencapai 30.150 jiwa. Jumlah tersebut semakin bertambah pada Maret-September tahun 2017, yaknk sebanyak 30.190 jiwa, atau setara 0.99%. Sedangkan untuk tahun 2018 belum didata. Tapi, ada kemungkinan mengalami kenaikan.
Sedangkan menurut salah satu lansia yang terlantar saat ditemui Dejabar.id di kawasan Keraton Kasepuhan Kota Cirebon, Cicih (74) mengakui, dirinya tidak memiliki keluarga dan rumah sebagai tempat tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan perut, Cicih hanya bisa memangku tangan dan belas kasihan dari para pengunjung yang datang ke Keraton Kasepuhan.
“Kalau malam saya tinggal di masjid. Padahal saya punya 2 orang anak laki-laki. Namun, mereka tidak mau menganggap saya karena takut kepada istrinya,” pungkasnya.(jfr)
Leave a Reply