DEJABAR.ID, CIREBON – Keraton Kanoman Cirebon memiliki beberapa bangunan yang terkenal. Salah satunya adalah Ksiti Hinggil yang terletak di depan komplek keraton. Sehingga, bangunan ini bisa terlihat dari luar keraton.
Ksiti Hinggil memiliki keunikan tersendiri, yakni bagian dindingnya yang dihiasi oleh berbagai macam piring dan keramik bercorak khas Tiongkok yang sudah berusia ratusan tahun.
Menurut Juru Bicara Kesultanan Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina, Ksiti Hinggil berarti tanah tinggi. Sehingga, sesuai dengan namanya, ketinggian tanah di Ksiti Hinggil lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya di Keraton Kanoman.
“Ksiti Hinggil sudah ada sejak abad ke 14 Masehi,” jelasnya saat itemui Dejabar.id di Keraton Kanoman, Kota Cirebon, Jumat (14/9/2018).
Menurut Arimbi, Ksiti Hinggil merupakan saksi dari penyebaran agama Islam di tanah Cirebon. Bahkan di era Kaprabonan Caruban, Ksiti Hinggil pernah dipakai sebagai pura tempat penobatan raja. Salah satunya adalah penobatan Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana menjadi Sri Mangana.
Arimbi melanjutkan, terdapat tiga buah pintu masuk ke dalam Kompleks Ksiti Hinggil, yaitu Pintu Syahadatein yang menghadap ke arah utara, Pintu Kiblat yang menghadap ke arah barat, dan Pintu Shalawat yang menghadap ke arah selatan.
“Ketiga pintu tersebut mengandung makna filosofis yang sangat tinggi tentang kehidupan manusia dalam menjalankan perintah agama Islam yang baik dan benar,” terangnya.
Arimbi menjelaskan, apabila seseorang ingin mencapai derajat yang tinggi, maka harus baca syahadat syarat sebagai muslim. Kemudian menghadap kiblat dengan melakukan shalat sebagai salah satu kewajiban muslim, dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai junjungan dan panutan umat Islam.
Arimbi melanjutkan, di dalam Kompleks Ksiti Hinggil terdapat dua bangunan yakni Mande Manguntur dan Bangsal Sekaten. Kedua bangunan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda.
Mande Manguntur merupakan tempat Sultan menyampaikan wejangan, berita, hukum, atau ajarana agama kepada masyarakat. Selain itu, berfungsi juga sebagai tempat pelinggihan Sultan ketika menghadiri dan menyaksikan berbagai macam upacara.
“Mande Manguntur juga tempat Batu Gilang, tempat calon raja dalam upacara penobatan menjadi raja,” tuturnya.
Sedangkan Bangsal Sekatan berbentuk persegi panjang dengan konstruksi Malang Semirang. Di bagian bawahnya terdapat ruangan dengan rongga resonansi yang terhubung ke Gunung Jati.
Adapun fungsi Bangsal Sekaten yakni sebagai tempat dipentaskannya Gamelan Sekaten peninggalan Sunan Kalijaga. Biasanya, pementasan dilakukan setiap tanggal 8-12 bulan Mulud atau Rabiul Awal dalam sistem penanggalan Hijriah.
“Di era Keprabonan Caruban, bangsal ini tempat para pini sepuh saat penobatan berlangung,” pungkasnya. (jfr)
Leave a Reply