DEJABAR.ID, PANGANDARAN-Kabupaten Pangandaran memiliki luas wilayah 168.509 Ha dan luas laut 67.340 Ha dengan panjang pantai 93 Kilometer. Jarak garis pantai tersebut merupakan salah satu jarak terpanjang di wilayah Jawa Barat, untuk itu dengan panjangnya garis pantai serta banyaknya penduduk di bibir pantai tentunya sangat di butuhkan alat pendeteksi tsunami yang disebut buoy atau alarm alat tsunami. Namun, kini sebanyak 12 unit alat tersebut dalam kondisi rusak.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Pangandaran, Nana Ruhena mengatakan bahwa di Pangandaran sudah di pasang alat pendeteksi tsunami sebanyak 14 unit mulai dari Kecamatan Kalipucang hingga Kecamatan Cimerak.
“Kini alarm atau alat deteksi tsunami yang biasa disebut Buoy itu hanya dua unit yang masih berpungsi atau masih bisa bunyi. Kedua alat tersebut terpasang di Telkom Pangandaran dan pantai Bojongsalawe Kecamatan Parigi,”ujarnya kepada Dejabar.id. Kamis (18/10/2018).
Kedua alat deteksi tsunami yang masih berfungsi, kata Nana, merupakan bantuan dari Pusat dengan menelan anggaran senilai Rp1.2 miliar.
“Bila disesuaikan dengan keberadaan garis pantai pangandaran untuk alat pendeteksi tsunami idealnya dipasang sebanyak 30 unit alat alarm tsunami,” ungkap Nana.
Namun, sambung Nana, menginggat mahalnya harga alat deteksi tsunami tersebut dan sejauh ini belum ada bantuan lagi. Untuk memenuhi alat alarm di Kabupaten Pangandaran kurang lebih mencapai Rp 20 miliar.
“Alat pendeteksi tsunami yang dipasang itu mampu mengeluarkan bunyi sampai jarak sejauh 2 KM dan berbunyi setiap 5 menit sekali bila sedang terjadi tsunami,” pungkasnya.(dry)
Leave a Reply