DEJABAR.ID – Setiap tahunnya Indonesia selalu berada di posisi terendah untuk minat membaca, hal tersebut sudah bukan hal yang mengeherankan karena saat ini generasi milenial menurut sains dapat dikatakan memiliki kemampuan konsentrasi yang rendah sehingga untuk aktivitas membaca yang membutuhkan perhatian khusus sulit dilakukan oleh generasi milenial.
Pasalnya anak-anak milenial lebih tertarik untuk membaca informasi-informasi bersifat ringan dan menghibur (entertaining), selain itu informasi yang dikemas dalam bentuk cerita dan story telling menjadi perhatian untuk generasi milenial.
Salah satu sastrawan Inspiratif untuk generasi literasi milenial adalah Eka Kurniawan, ia merupakan sastrawan asal Tasikmalaya tamatan Fakultas Filsafat di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Perjalanan karirnya di dunia sastra sudah ia mulai sejak SMA ia memulai nulis novel saat masih duduk di bangku SMA.
Sastrawan peraih penghargaan Worid Readers pada tahun 2016 lalu ini menuturkan tentang kesukaannya ia memliki hoby yang menurutnya sangat simpel yaitu membaca dan mendengarkan musik bahkan untuk menemukan sebuah kenikmatan dari sebuah buku ia lebih suka menjadi pembaca dibandingkan penulis.
Eka Kurniawan lebih sering menghabiskan uang jajan yang diberikan orangtuanya untuk membeli buku ketimbang untuk membeli hal-hal lain seperti kebanyakan teman-temannya yang memiliki kendaraan sepeda motor sehingga uang jajan yang diberikan orangtuanya habis untuk membeli bensin sedangkan ia lebih memilih naik angkutan umum supya bisa menabung dan membeli buku.
Karena masa remaja yang menurutnya membosankan dan ingin melihat hal-hal baru dengan uang tabungannya ia nekat meninggalkan rumah selama tiga bulan untuk bacpacker-an keliling Jawa.
Pengalaman-pengalamannya tersebut juga berkontribusi penting dalam karya-karya tulisannya, seperti pada novelnya yang berjudul Cantik Itu Luka ia mengisahkan Kliwon yang cintanya ditolak oleh Alamanda yang kemudia hdup dijalanan, seperti yang pernah dilakukannya pada saat backpacker-an dan ia juga mengaku setelah pulang jalan-jalan ia pindah sekolah ke Pangandaran ketika itu ia sering tidur diluar nongkrong bersama teman-temannya.
Ketika ingin menulis sesutu yang pernah dialami Eka Kurniawan mengatakan bahwa “ingatan itu seperti makluk hidup, memiliki hukum alam sendiri. namun, secara umum hal-hal yang menarik perhatian kita akan cenderung bertahan lama, maka merawat hal-hal yang menarik, mecoba memperluasnya merupakan cara yang alami untuk membuat banyak hal tertanam dalam ingatan.“
Pengalaman pribadi dan hobi membacanya mengantarkan ia menjadi seorang sastrawan yang inspiratif. Hal itu bisa dilihat dari penghargaan yang diberikan kepadanya tahun 2018 ini juga menjadi tahun keberuntungannya pasalnya ia mendapatkan penghargaan Prince Clause 2018 yang diselenggarakan oleh kerajaan Belanda. (Ima)
Leave a Reply