DEJABAR.ID. BOGOR – Hari Sarjana yang jatuh pada hari ini 29 September, rupanya meninggalkan sesuatu yang lebih esensial bagi para anak muda di Kota Bogor. Satu kata yang penting ini yakni pekerjaan. Apalagi sebelumnya Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Bogor, Samson Purba mengatakan, sebanyak 1.500 karyawan di Kota Bogor terancam terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini terjadi karena dua industri garmen di Kota Bogor merelokasi pabriknya ke daerah Jawa Tengah. Tak ayal, pindahnya dua pabrik industri ini menimbulkan permasalahan ketenagakerjaan baru di Kota Bogor.
Namun pernyataan tersebut tidak membuat ciut para generasi muda di Kota Hujan, meski ruang lingkup wilayah tidak sesuai dengan kapasitas manusianya. Menurut M. Saiful Bahri alumni Fakultas Hukum Universitas Pakuan 2018, para sarjana pun harus mempunyai skill dan kompetensi lebih dari pada yang lain. Saiful juga menyatakan untuk saat ini lapangan kerja di Kota Bogor itu minim dan menyarankan agar para mahasiswa dan sarjana muda itu harus membuat lapangan kerja masing masing.
“Kalau bisa jadi mahasiswa dan sarjana muda itu harus membuat lapangan kerja sendiri karena lapangan kerja disini minim,” ujar Saiful.
Minimnya lapangan kerja di Bogor juga dinilai belum memadai untuk semua lulusan lembaga pendidikan dibogor. Bahkan banyak anak anak muda yang memilih bekerja di Ibukota Jakarta yang dinilai lebih menjanjikan.
“Langkahnya semoga Pemerintah Kota Bogor bisa melihat aspek sdm yang dipunya dengan membuka lapangan kerja baru, yang bisa mengolah kemampuan sarjana sarjana muda agar dapat membangun kota bogor lebih baik lagi,” ujar Muhammad Ruthsa. (awk)
Leave a Reply