DEJABAR.ID, SUBANG-Kabupaten Subang kaya akan ragam potensi. Diantaranya industri ekonomi kreatif, berupa kerajinan tangan pembuatan ‘Donal Bebek’ yang dikembangkan oleh Wirtam, perajin asal Desa Gunungsari Kecamatan Pagaden.
Bahkan, ‘Donal Bebek’ hasil kreasi pria berusia 52 tahun ini mampu menembus pangsa pasar ekspor ke negara-negara di kawasan Benua Eropa.
Wirtam salah seorang pengrajin mengaku sudah empat tahun lalu menggeluti kerajinan pembuatan Donal Bebek. Kerajinan ini dipesan oleh pengusaha dari Bogor, lalu diekspor ke sejumlah negara di Benua Eropa.
“Oleh bos saya di Bogor, kerajinan Donal ini dikirim ke para peminat dari Eropa, diantaranya negara Denmark,” ujar Wirtam, Rabu pagi(2/1/2019)
Warga Kampung Sukarandeg RT 07/04 Desa Gunungsari ini menuturkan, sebelum menekuni kerajinan Donal Bebek, dirinya sempat menjadi perajin pembuatan Wayang Golek yang ‘booming’ di tahun 1990-an.
Namun belakangan, peminat kerajinan Wayang Golek kian berkurang. Dirinya pun beralih menjadi perajin patung pada 1995.
Lagi-lagi, peminat kerajinan patung hasil karyanya hanya sedikit. Sehingga, aktivitas kerajinannya sempat vakum, bahkan mengalami kebangkrutan.
“Alhamdulillah, setelah beberapa kali jatuh bangun, bahkan bangkrut, saya dapat pesanan untuk bikin kerajinan Donal (patung souvenir Bebek) sejak empat tahun lalu dan berjalan sampai sekarang,” paparnya.
Saat ini, jumlah karyawannya mencapai 4 sampai 7 orang, diantaranya Aso, Engkus, Endang, Ucim, dan lainnya. Bahkan, sebelumnya bisa mencapai 60-an orang, bergantung banyaknya jumlah pesanan Donal Bebek.
Dalam seminggu, pihaknya bisa memproduksi antara 500 hingga 2.000 buah Donal Bebek. Total pesanan terkadang mencapai 4.000 buah/bulan.
Donal Bebek ini, ungkap dia, berbahan baku bambu Haur. Bahan bakunya didrop dari pengusaha (pemesan) asal Bogor.
Saat ini, harga pasaran Donal Bebek ukuran kecil sebesar Rp30.000/buah, dan ukuran besar Rp45.000/buah.
Namun, karena bahan bakunya didrop oleh pemesan, dirinya bersama para karyawannya hanya diupah untuk jasa pembuatannya.
“Karena bahannya disub dari pemesan, kami hanya dapat upah pembuatan saja sekitar Rp2.500/buah, jadi sangat minim kalau buat menghidupi keluarga. Tapi kalau bahannya semua dari kita, upah kita utuh,” tuturnya.
Sebab itu, dirinya berharap ada bantuan modal dan peralatan kerja dari pemerintah, agar bisa terus eksis menghasilkan karya kreatifnya.
“Ya mudah-mudahan ada bantuan modal dari pemerintah atau pihak lainnya, supaya bisa beli bahan baku sendiri, enggak disub oleh pemesan. Peralatan kerja juga masih kurang, seperti gergaji untuk membelah kayu dan mesin bor duduk serta modal pengadaan bahan,” papar Wirtam.
Hal senada diungkapkan tokoh masyarakat Desa Gunungsari sekaligus Bendahara Asosiasi Jurnalis Warga Indonesia (AJWI) Subang, Udin Samsudin, bahwa adanya kerajinan Donal Bebek di wilayah desanya yang mampu menembus pasar eskpor, layak mendapat perhatian pemerintah daerah.
“Kerajinan Donal Bebek ini bisa mengharumkan nama daerah, nama Subang, bahkan Indonesia, karena produk ini sudah diakui oleh dunia Eropa. Karena itu, kami berharap instansi terkait di pemkab seperti Disnakertrans, Dinas Koperasi UMKM dan Indagsar, serta pihak lainnya, turun meninjau ke lapangan untuk memfasilitasi bantuan,” pungkasnya.(Ahy)
Leave a Reply