Press ESC to close

Imbas Dolar Naik, Produsen Tahu dan Tempe di Cirebon Kurang Pendapatan

  • September 5, 2018

DEJABAR.ID, CIREBON – Nilai Dolar Amerika yang semakin menembus hingga ke Rp 15.000 per USD 1, membuat beberapa produsen di Indonesia mengeluh. Salah satu keluhannya adalah menurunnya pendapatan per produksi dibandingkan saat nilai Dolar masih stabil.
Salah satu produsen di Cirebon yang paling terasa dampak kenaikan Dolar Amerika adalah produsen tempe dan tahu. Karena, kacang kedelai yang menjadi bahan baku utama tempe dan tahu, merupakan barang impor dari Amerika.
Menurut Sandy selaku produsen tempe, dirinya mengaku mengalami penurunan pendapatan per produksi hingga 40%. Karena, meskipun nilai Dolar semakin naik, dirinya tak berani memangkas jumlah produksi maupun takarannya.
“Kalau kita pangkas, otomatis pelanggan akan komplain. Makanya kita tetap memproduksi dengan takaran biasa,” jelasnya saat ditemui Dejabar.id di kediamannya yang juga sekaligus dijadikan tempat produksi tempe di Kedawung, Kabupaten Cirebon, Rabu (5/9/2018).
Adapun untuk kenaikan harga kacang kedelai, lanjut Sandy, hanyalah sekitar Rp 500 hingga Rp 1000. Karena itu, dirinya tidak melakukan perubahan apapun dalam memproduksi tempe, meskipun harga bahan baku naik akibat nilai Dolar.
Dalam sehari, dirinya bisa memproduksi 2 kwintal tempe. Sandy mengakui, dirinya lebih memilih kacang kedelai impor dibandingkan lokal, karena hasil produksi kacang kedelai lokal tidak bagus, ukurannya kecil, dan rasanya pahit. Karena itu, dirinya tetap menggunakan kacang kedelai impor.
“Kita tetap pakai yang impor, dan jual dengan harga yang tetap, tanpa mengurangi takaran produksi,” jelasnya.
Hal senada pun diungkapkan oleh Tohari selaku produsen tahu yang terletak tak jauh dari Sandy. Dirinya mengaku, imbas kenaikan Dolar Amerika ini tidak seperti dulu, yang mencoba untuk mengurangi takaran produksi.
“Kalau sekarang ini produsen tahu sudah banyak. Kalau kita mengurangi jumlah produksi maupun takarannya, sedangkan di tempat lain tidak melakukannya, maka pembeli akan lari ke orang itu semua,” jelasnya.
Adapun pendapatan yang diterima Tohari akibat kenaikan Dolar, hanyalah 10% saja jika dihitung-hitung. Di samping itu, dengan banyaknya produsen tahu, maka pendapatannya semakin berkurang.
Dalam sehari, dirinya hanya memproduksi tahu sebanyak 80 kg. Adapun pilihan kacang kedelai impor untuk produksi, menurut Tohari, adalah karena bagus dan aci yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan kacang kedelai lokal. Apalagi, kacang kedelai lokal sangat susah dicari, karena biasanya kacang kedelai lokal digunakan untuk produksi susu kacang kedelai.
“Kita pernah produksi pakai kacang kedelai lokal, tapi hasilnya jelek karena acinya sedikit. Karena itu, kita kembali memakai kacang kedelai impor,” pungkasnya.(jfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *