DEJABAR.ID, CIREBON – Grebeg Syawal merupakan tradisi tahunan yang dilakukan oleh Keraton Kanoman Cirebon setiap tanggal 8 Syawal, untuk melakukan ziarah kubur atau Nyekar ke makam Raja-Raja Kesultanan Kanoman Cirebon, serta Makam Sunan Gunung Jati, yang terletak di komplek Astana Gunung Sembung, Kabupaten Cirebon.
Menurut Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon Ratu Raja Arimbi Nurtina, Grebeg Syawal yang berlangsung setiap tahun, dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas karunianya, sehingga dapat melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan dan puasa sunah 6 hari atau Puasa Syawalan.
“Esensi prosesi ritual ini merupakan ziarah kubur (Nyekar) Sultan Kanoman XII, Kanjeng Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin bersama segenap keluarga dan kerabat Kesultanan Kanoman ke makam Raja-Raja Kesultanan Kanoman yang telah wafat dan disemayamkan di komplek Astana Gunung Sembung,” jelasnya, Rabu (12/6/2019).
Grebeg Syawal juga, lanjutnya, dimaknai sebagai ajang untuk instrospeksi diri, bahwa nantinya juga akan sama seperti leluhur-leluhur, yakni menemui kematian. Sehingga dengan berziarah ini bisa memperbaiki diri, meminta ampunan, dan bermunajat.
“Sehingga kita pulang ke Rahmatullah dengan Khusnul Khotimah,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, prosesi ritual ini dijadikan sebagai media pertemuan atau silaturahmi dan mengukuhkan ukhuwah Islamiyah-basyariyah atau persaudaraan antar umat Islam, antara Sultan dengan masyarakat luas yang berziarah di makam Sunan Gunung Jati.
Arimbi melanjutkan, rangkaian prosesi Grebeg Syawal dalam banyak sisi telah mengekspresikan khazanah kebudayaan Islam Indonesia, yang tidak bisa dilepaskan dari identitas masyarakat Indonesia khususnya Cirebon.
“Tradisi ini kita tutup dengan bersedekah kepada masyarakat sekitar, sehingga kita bisa membelanjakan harta kita ke jalan yang benar,” pungkasnya.(Jfr)