DEJABAR.ID, CIREBON – Produksi rokok jenis kretek masih digunakan secara manual, yakni dengan tenaga manusia. Mereka menggunakan mesin sederhana berupa penggiling gulung rokok, dan sebuah tempat bernama mini silo yang digunakan untuk tempat tembakau. Adapun orang yang menggulung rokok dinamakan pelinting.
Kegiatan memelinting dalam rokok ini ternyata sudah ada sejak awal produksi rokok, yakni sekitar tahun 1600an. Saat itu, rokok masih belum dikenal sebagai barang dagangan. Namun, sejak tembakau dicampur dengan berbagai rempah, rokok menjadi barang dagangan yang penting, dan munculah para pelinting rokok.
Kebanyakan, para pelinting rokok ini kebanyakan wanita. Menurut salah satu pelinting rokok, Siti Umayah (38), dipilihnya wanita karena pekerjaan memelinting rokok ini termasuk ringan. Sedangkan untuk yang pria membungkus rokok, ataupun mengolah tembakaunya.
“Untuk memelinting rokok sendiri biasanya akan ditraining dahulu selama tiga bulan,” jelasnya saat ditemui Dejabar.id di sela kegiatan Wismilak Pentas Tradisi di Makorem 063/Sunan Gunung Jati, Jl. Brigjen Dharsono (By Pass) Kota Cirebon, Minggu (9/9/2018).
Menurut wanita asal Bojonegoro ini, proses dalam memelinting rokok adalah pertama-tama menyiapkan tembakau yang sudah dicampur dengan cengkeh, dan juga kertas penggulung rokok yang bernama ambri. Ambri tersebut diolesi lem dari tepung kanji, agar tembakau menempel di kertas gulung.
Kemudian, kertas gulung dimasukkan ke mesin penggiling, dan diberi tembakau. Menurut Umayah, dalam memasukkan tembakau ini tidak bisa sembarangan. Di bagian ujung atau bagian yang biasa dibakar, harus lebih padat tembakaunya dibandingkan bagian lainnya. Kemudian, hanya dengan menarik tuas, gulungan rokok pun sudah jadi.
Menurut Umayah, dalam satu jam dirinya bisa menghasilkan 225 batang rokok. Hal tersebut sudah biasa baginya yang sudah lama menjadi pelinting rokok di pabrik rokok, yakni sejak tahun 2005.
“Sebenarnya tidak sulit memelinting. Hanya saja kadar tembakaunya yang menentukan dari kualitas rokok tersebut saat digulung,” jelasnya.
Saat ini, di pabrik rokok di tempat asalnya, yakni Bojonegoro, terdapat sekitar 700 pelinting yang semuanya wanita. Mereka semuanya bekerja sesuai dengan jam kerja, yakni 8 jam sehari.
“Kalau jenis rokok kretek, memang masih menggunakan mesin manual. Beda dengan rokok yang sudah ada filternya, yang sudah menggunakan mesin otomatis,” pungkasnya. (jfr)
Leave a Reply