Press ESC to close

Inilah Sejarah di Balik Nikmatnya Sepiring Nasi Lengko Khas Cirebon

  • September 16, 2018

DEJABAR.ID, CIREBON – Kota Cirebon memecahkan rekor dengan memakan nasi lengko terbanyak dengan jumlah 3377 kotak nasi lengko di Jl. Siliwangi pada Sabtu (15/9/2018) kemarin. Pemecahan rekor tersebut sebagai salah satu rangkaian dari peringatan HUT ke 649 Kota Cirebon.
Nasi lengko sendiri merupakan makanan khas Kota Cirebon yang tidak ditemukan di tempat lain. Makanan ini berupa nasi yang dicampur dengan toge atau kecambah, daun kucai yang dipotong-potong, irisan tempe dan tahu, irisan mentimun, taburan bawang goreng, dan kecap. Terkadang, ada yang diberi sambal kacang.
Cara penyajiannya pun cukup mudah, hanya tinggal mencampurkan bahan-bahan makanan tadi ke dalam nasi. Meskipun begitu, cita rasa nasi lengko yang khas dan simpel ini, membuat makanan ini digemari hampir semua lapisan masyarakat di Kota Cirebon.
Di Kota Cirebon sendiri, yang menjual nasi lengko sangat mudah ditemukan di mana-mana. Masing-masing memiliki rasa yang khas sendiri. Bahkan, ada warung nasi lengko yang sudah dikunjungi oleh para wisatawan dari luar Kota Cirebon yang ingin menikmati kelezatan kuliner khas ini.
Menurut budayawan Cirebon, Raffan S Hasyim, nasi lengko atau sega lengko dalam bahasa Cirebon, sebenarnya sudah ada sejak zaman kesultanan Islam di Cirebon. Pada masa itu, masyarakat ingin makan secara instan dengan lauk pauk yang sederhana.
“Makanya disebut nasi lengko, yang berasal dari kata ‘langka’ dalam bahasa Cirebon, yang berarti tidak ada,” jelasnya saat ditemui Dejabar.id, Minggu (16/9/2018).
Maksud dari tidak ada di sini, lanjut Raffan, makanan yang dijadikan sebagai lauk pauknya bukan daging-dagingan, melainkan makanan sederhana seperti toge, mentimun, daun kucai, tempe, tahu, dan kecap.
“Bahkan lebih nikmat lagi kalau ditambah bawang goreng dan kerupuk,” jelasnya.
Pada perkembangannya, lanjut Raffan yang juga selaku dosen di IAIN Cirebon ini, nasi lengko telah mengalami perkembangan, seperti penambahan daging-dagingan, maupun telor dalam sepiring nasi lengko.
“Tergantung dari keinginan masyarakat juga untuk menyantap nasi lengko seperti apa,” terangnya. (jfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *