DEJABAR.ID, KOTA TASIKMALAYA – Di era millenial seperti saat ini banyak generasi muda yang lebih memilih kepada budaya-budaya barat ketimbang mempertahankan budaya asli daerah. Akibatnya, keberadaan ragam budaya lokal yang menjadi harta tak ternilai bagi suatu daerah itu semakin terkikis seiring berkembangnya zaman.
Tanpa terkecuali seni-seni tradisional seperti reog dog-dog, degung, dan tari jaipong. Eksistensi mereka dizaman sekarang kian kelam lantaran makin sedikitnya minat dari generasi muda yang sejatinya menjadi penerus pelestari budaya lokal.
Usai menghadiri acara Pelantikan Pengurus Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) di Sembada Meeting Room, Hotel City, Kota Tasikmalaya. Minggu (23/09/2018).
Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudaan dan Pariwisata (Disporabudpar), Kota Tasikmalaya, Hadian, mengatakan, keadaan itu terjadi lantaran tidak adanya transfer yang berkelanjutan dari para pelaku seni daerah kepada generasi muda.
“Sampai-sampai, banyak anak muda yang tidak tahu dengan yang namanya Pupuh, padahal itu salah satu seni tradisional kita,” ujarnya.
Hadian menyebutkan anak muda sekarang hanya tahu dengan budaya luar, seperti K-Pop, break-Dance, dan Beatbox. Padahal, jika keadaan itu terus dibiarkan, menurutnya bisa dipastikan kedepan masyarakat di Jawa Barat akan kehilangan harta kebudayaan yang dimilikinya.
“Saat ini kami tengah berusaha untuk mengembalikan minat masyarakat khususnya kaum muda terhadap kesenian-kesenian daerah melalui berbagai event-event yang menyajikan kesenian tradisional, salah satunya gelar budaya,” paparnya.
Melihat hal tersebut, sambungnya perlu untuk membuat peraturan khusus agar kesenian dan kebudayaan ini tetap hidup dan berkembang.
“Untuk memperkuat hal tersebut kami berencana akan membentuk perda tentang kebudayaan,” pungkasnya. (dry)
Leave a Reply