DEJABAR.ID, CIREBON – Tahu gejrot merupakan salah satu kuliner khas Cirebon. Makanan satu ini terbuat dari irisan tahu yang diberi kecap manis dan gurih, irisan cabe rawit dan bawang merah, serta makannya disajikan di atas piring gerabah kecil dengan menggunakan tusukan atau biting. Namun, di wilayah Cirebon bagian timur, ada makanan yang mirip dengan tahu gejrot ini, yakni Kaladama.
Sekilas, kaladama memang tidak jauh berbeda dengan tahu gejrot. Namun yang membedakan, terdapat irisan ketupat dan tahu yang lebih tebal. Makanan ini biasanya ditemukan di wilayah Astanajapura, Lemahabang, dan Karangwareng. Terkadang, makanan ini juga disebut kupat tahu oleh warga sekitar.
Menurut salah satu pedagang kaladama, Marta (49), nama kaladama sendiri berasal dari bahasa Sunda, yakni ‘ka lada, ma’ yang berarti ‘yang banyak sambalnya, Mang’. Karena, makanan ini sangat nikmat disajikan pedas. Apalagi, di daerah Cipeujeuh banyak masyarakat keturunan Sunda.
“Ada yang menyebut kaladama, ada juga yang menyebut kupat tahu, sama saja. Tetapi, ini berbeda dengan tahu gejrot yang ada di Kota Cirebon,” jelasnya saat ditemui Dejabar.id di lapaknya yang berada di Jalan Raya Lemahabang, Cipeujeuh Wetan, Sindang Laut, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jumat (8/2/2019).
Para pedagang kaladama ini biasanya menjajakan dagangannya dengan menggunakan gerobak dorong, atau gerobak pikul. Bahkan, ada juga yang menggunakan sepeda. Karena, di antara para pedagang ada yang memilih menetap di satu tempat, ada yang berkeliling.
Jika dilihat dari tahunya, lanjutnya, dalamnya lebih tebal dan berisi dibandingkan tahu gejrot di Kota Cirebon. Karena, di wilayah Cipeujeuh sendiri terdapat banyak pabrik tahu yang biasa digunakan untuk dijual di pasar, dan juga untuk pedagang kaladama.
Yang menonjol dari kaladama ini terletak dari kupat atau ketupatnya. Sehingga, lebih membuat kenyang jika makan satu porsi saja. Apalagi, satu porsinya dijual murah dan lumayan banyak.
“Di sini satu porsi Rp5000 sudah dapat banyak,” pungkasnya.(Jfr)
Leave a Reply