DEJABAR.ID – Berlaga pada babak final di Ecovention, Ancol, Jakarta Utara pada Selasa (9/10/2018), David Jacobs menyumbangkan emas untuk cabang olahraga tenis meja kategori disabilitas TT 10, di Asian Para Games 2018. Jacobs berhasil mengalahkan para atlet asal China, Lian Hao, lewat permainan empat gim dengan skor 11-4, 7-11, 11-6, 17-15.
Dengan emas ini, Jacobs artinya akan mendapatkan bonus uang sebesar Rp 1,5 miliar seperti yang dijanjikan oleh pemerintah Indonesia. Mengenai bonus ini, Jacobs rupanya sudah memiliki rencana ke mana saja dananya akan digunakan.
Bagi Jacobs yang saat ini telah memiliki empat anak, masa depan buah hati menjadi salah satu hal utama yang diperhatikan. Untuk hal lainnnya, Jacobs berencana memberikan sebagian bonusnya untuk para korban bencana di Palu dan Donggala.
“Saya berencana harus bisa membantu untuk saudara-saudara kita yang sedang terkena bencana gempa di Palu dan Donggala. Saya juga sempat tinggal di Makassar. Tapi, sebetulnya saya pernah tinggal di beberapa daerah di Indonesia seperti Batang, Semarang, dan Jakarta, jadi emas ini untuk seluruh masyarakat Indonesia,” ungkap David Jacobs seperti yang dikutip dari kumparan, Rabu (10/10/2018).
Dian David Michael Jacobs atau yang lebih dikenal sebagai David Jacobs adalah paralympian yang tak jarang mengharumkan nama Indonesia di bidang olahraga tenis meja. Pria yang lahir di Ujung Pandang, 21 Juni 1977 ini memiliki tangan kiri yang lebih kecil dari tangan kanannya. Kondisi tersebut tak lantas membuat Jacobs menjadi minder.
Jacobs kecil yang kala itu tinggal di Kota Batang, Jawa Tengah – ikut orang tuanya pindah dari Ambon, sudah mulai tertarik dengan olahraga. Mulanya, Jacobs melihat di dekat rumahnya ada permainan tenis meja.
Tanpa merasa malu, Jacobs ikut mencoba bermain olahraga tersebut dengan orang-orang yang mempunyai kondisi tubuh sempurna. Bakat Jacobs pun terus terasah dengan sempurna hingga akhirnya orangtuanya pun berinisiatif memasukan Jacobs ke klub tenis meja.
“Saya lahir dengan kondisi tangan kanan kecil sejak lahir. Saya mainnya kidal. Pas pertama main sama orang normal, kemudian masuk klub umum hingga akhirnya pinda ke Jakarta dan masuk klub juga,” cerita Jacobs seperti yang dikutip dari tribunnews.com.
Berkat kegigihannya, Jacobs yang sempat dipandang sebelah mata karena kondisinya bisa membuktikan bahwa kondisi tubuhnya sama sekali bukan hambatan.
Puncaknya, pada tahun 2000, Jacobs mampu menjuarai kejuaraan tenis meja nasional yang pesertanya adalah atlet-atlet dengan kondisi tubuh yang normal. Pencapaian itu lah yang membawa Jacobs tak lagi dianggap sebelah mata hingga akhirnya masuk ke dalam timnas tenis meja Indonesia.
Jacobs terus berlatih tenis meja ketika mengambil kelas manajemen di kelas Ekonomi Perbanas. Ia berpartisipasi pada SEA Games pertamanya pada tahun 2001. Pada tahun 2001, bersama dengan Yon Mardiono, memenangkan satu-satunya medali emas Indonesia pada pertandingan tenis meja SEATTA di Singapura. Mereka mengalahkan atlet tenis meja Thailand Phucong Sanguansin and Phakphoom Sanguansin.
Ia pun terus bermain dalam SEA Games, bertanding dengan Vietnam (2003), Filipina (2005), dan Thailand (2007). Ia memenangkan kompetisi tenis meja di Pekan Olahraga Nasional tahun 2004. Setelah kemenangan ini, David Jacobs menerima posisi penghargaan di Departemen Olah Raga Nasional dan menjadi karyawan tetap di 2008. Pada tahun 2008, Jacobs menjadi pelatih untuk tim Tenis Meja Indonesia dan pada tahun 2009 dia bertanding dalam SEA Games di Kuala Lumpur.
Di akhir tahun 2009, Jacobs mulai bermain dalam turnamen para tenis meja dan menjadi anggota Komite Paralimpiade Nasional pada tahun 2010. Ia bertanding pada Class 10, yang merupakan level fungsional tertinggi pada sistem tersebut. David Jacobs biasanya berlatih dengan olahragawan yang memiliki fungsi badan penuh. Jacobs memiliki masalah fungsional pada salah satu tangannya.
Bersama Ni Nengah Widiasih (angkat besi), Agus Ngaimin (perenang), dan Setyo Budi Hartanto (atletik), David Jacobs menjadi salah satu altet Indonesian yang merepresentasikan Indonesia pada Paralimpiade Musim Panas 2012 di London. David Jacobs bertanding pada Paralimpiade Musim Panas 2012 dan memenangkan medali perunggu di klasifikasi C10. Kemenangan ini adalah kemenangan pertama Indonesia setelah 20 tahun.
David Jacobs berperan sebagai ambasador produk meja tenis meja dari suatu perusahaan Indonesia, SHIAMIQ. Dalam pelaksanaannya, SHIAMIQ menggunakan nama David Jacobs sebagai nama suatu tipe meja tenis meja, yaitu SHIAMIQ David Jacobs. Tipe meja ini ramah bagi pengguna kursi roda. Lebih lanjut lagi, tipe meja tenis meja ini merupakan meja produksi Indonesia pertama yang memenuhi kriteria spesifikasi untuk pengguna kursi roda.
Leave a Reply