Press ESC to close

Komunitas JAF Jatiwangi Fokus Kaji Kehidupan Lokal Perdesaan Lewat Seni

  • September 26, 2018

DEJABAR.ID, MAJALENGKA – Komunitas Jatiwangi Art Factory (JAF), merupakan sebuah organisasi nirlaba yang fokus terhadap kajian kehidupan lokal perdesaan lewat kegiatan seni dan budaya, seperti. Festival, pertunjukan, seni rupa, musik, video, keramik, pameran, residensi seniman, diskusi bulanan, siaran radio, dan pendidikan serta lainnya.
Seorang pendiri JAF, Ginggi Syarif Hasyim mengatakan, JAF didirikan pada 27 September 2005 silam, di Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Sejak 2008, JAF bekerja sama dengan pemerintahan setempat dalam melakukan riset dan penelitian dengan menggunakan keterlibatan kesenian kontemporer yang kolaboratif dan saling menghubungkan.
Selain mempunyai dua acara besar lainnya, yakni Program Festival Residensi dan Festival Video Residensi. JAF juga menyelenggarakan Festival Keramik. Sedangkan kata dia, untuk pendidikan terhadap anak-anak, komunitas JAF melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dengan memberikan lokakarya.
Menurut dia, Komunitas JAF yang telah belasan tahun berkarya secara mandiri menginspirasi orang untuk datang sekaligus belajar mengenai genting. Unsur genting sendiri berasal dari tanah. Meski demikian, tanah yang menjadi sumber utama tak melulu menjadi genting.
“Hingga saat ini, sudah lebih dari puluhan negara mengunjungi Jatisura, Jatiwangi, Majalengka dan kita selalu mengundang tamu untuk datang merupakan salah satu cara agar kami terus terjaga untuk selalu membuat rumah kami nyaman,” katanya, Rabu (26/9/2018)
Saat ini, tambah dia, JAF sendiri mempunyai agenda tahunan. Yaitu, festival musik keramik yang selalu digelar pada bulan November. Perayaan musik keramik yang merupakan budaya khas di Jatiwangi ini pertama digelar pada 2012 lalu.
“Dalam festival itu, biasanya akan melibatkan ribuan warga yang terdiri dari, pelajar, polwan, ibu PKK dan masyarakat umum lainnya. Mereka akan memainkan berbagai alat musik yang terbuat dari genting dengan cara ditabuh, ditiup maupun dipetik seperti okarina, tambul dan genting,” ungkapnya.
Tak hanya itu, mereka juga akan membawakan Mars Jatiwangi yang dibawakan secara apik. Selain itu, dalam pembukaan festival juga turut dibacakan Ikrar Jatiwangi dan Wasiat Jatiwangi.
Bahkan kata dia, belum lama ini, pihaknya telah melaksanakan pembukaan museum kebudayaan tanah. museum kebudayaan tanah ini tidak hanya untuk menyimpan kenang-kenangan masa lalu, tapi juga untuk membuat kenang-kenangan masa depan.
“Karena itu, tidak hanya karya JAF yang bisa disimpan di museum ini, tapi juga karya tentang kebudayaan tanah lainnya,” pungkasnya. (jja)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *