Press ESC to close

Kreatif, Bocah ini Tekuni Pembuatan Wayang dari Kardus

  • October 3, 2018

DEJABAR.ID, MAJALENGKA – Adi Tandean (17), merupakan seorang pembuat wayang kardus atau disebut Daluang, asal Desa Jatitujuh, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Wayang yang biasanya dibuat dari media kulit atau kanvas, justru ia buat menggunakan media daluang.
Sebenarnya daluang adalah kertas tradisional Indonesia yang terbuat dari bahan lembaran kulit kayu pohon paper mulberry (Broussonetia papyryfera Vent) atau dalam bahasa sunda disebut pohon Saeh. Pembuatan kertas ini dilakukan dengan cara ditumbuk, diperam, dan dijemur diterik matahari dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana.
Daluang sebagai bagian dari tradisi tulis di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak abad ke-14. Sejak zaman dulu, daluang digunakan sebagai bahan wayang, salah satu jenis wayang di Jawa yang memanfaatkan lembaran atau gulungan daluang untuk merekam kisah atau cerita pewayangan dalam bentuk bahasa gambar.
Selanjutnya daluang digunakan dalam berbagai tradisi tulis di Indonesia, mulai dari tradisi pesantren sampai dengan pemanfaatan untuk keperluan administrasi di zaman kolonial hingga awal kemerdekaan Republik Indonesia. Namun siswa kelas VII SMPN 1 Jatitujuh ini berjuang keras mencoba kembali menggunakan Kardus sebagai pengganti daluang sebagai media seninya.
Sementara itu, menurut pegiat Konser Kampung Jatitujuh, Didin Ketut mengatakan, wayang kardus atau wayang daluang ini merupakan salah satu media untuk menjalin Komunikasi dengan masyarakat.
Menurutnya, dalam satu hari, Adi bisa membuat 5 wayang. Sementara untuk karakter wayang diambil dari orang-orang sanggar Konser Kampung.
“Zaman dulu, wayang daluang dijadikan mainan anak-anak. Sekarang diciptakan lagi untuk menumbuhkan kreativitas serta memanfaatkan limbah kardus,” ujarnya Rabu (03/9/2018)
Rencananya, mereka akan keliling ke beberapa desa. Dalam prosesnya sudah hampir sebulan dibuat diantaranya skrip naskah, aransmen musik.
“Kami berencana melakukan pertunjukan, selain ke desa juga akan masuk ke sekolah. Sementara cerita yang dibawakan adalah kehidupan sehari-hari. Sebagai media informasi dan curhatan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,” tandasnya.(jja)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *