DEJABAR.ID, CIREBON – Cirebon dikenal dengan kesenian tari topengnya. Kesenian ini biasanya dibawakan saat acara pentas seni, keraton, kegiatan kunjungan pejabat, ataupun acara-acara lainnya. Sesuai dengan namanya, para penari menggunakan topeng dalam pementasannya.
Menurut Ketua Sanggar Seni Sekar Pandan Keraton Kacirebonan, Elang Heri Komarahadi, tari topeng konon digunakan oleh para Wali Songo, khususnya Sunan Gunung Jati, dalam menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya pada abad ke 15.
Dalam tari topeng sendiri, terbagi menjadi lima tingkatan yang berbeda. Yakni Panji yang menyimbolkan kesucian, Samba yang menyimbolkan ikhtiar atau banyak belajar, Rumyang menyimbolkan sifat yang labil, Temenggung yang menyimbolkan kedewasaan dan kemapanan, serta Kelana yang menyimbolkan angkara dan murka. Kelimanya bisa dengan mudah dibedakan dari bentuk dan warna topengnya.
“Kelana ini merupakan tingkatan yang paling tinggi, karena manusia jika berada dalam menggapai cita-cita, akan selalu mendapatkan godaan dan keburukan. Seperti disimbolkan oleh seorang raja yang marah yang suka memerintah seenaknya,” jelasnya saat ditemui dejabar.id di Sanggar Seni Sekar Pandan Keraton Kacirebonan, Jl. Jagasatru, Kota Cirebon, Minggu (23/9/2018).
Dalam gerakannya, Topeng Panji lebih halus karena simbol kesucian. Sedsngkaj Topeng Samba cenderung lebih riang dan gesit. Topeng Rumyang ada dua gerak yang bermakna beda. Untuk Topeng Tumenggung, cenderung lebih tegas. Dan untuk Topeng Kelana lebih arogan dan kebebasan.
Adapun dalam pakaian dan musik pengiringnya juga dibedakan. Biasanya, musik pengiringnya berupa gamelan yang terdiri dari bonang, saron, ketuk, kecrek, gong, gendang, dan knong. Lagu yang dibawakan pun berbeda, seperti Kembang Kapas dan Gonjing.
“Para penari ini mayoritas perempuan. Namun, yang lelaki juga bisa, karena pakai topeng. Dan asalkan dia bisa membawakan karakter dalam tarian tersebut,” jelas Heri.
Seiring perkembangan Cirebon dan Islam, tari topeng di Cirebon sendiri mengalami perkembangan, terlebih di tiap derahnya. Muncul beberapa versi dari daerah dan pelaku seninya, seperti gaya Selangit, Losari, Palimanan, Gegesik, dan lain-lain. Meskipun begitu, semua itu tidak jauh dari kelima makna simbol tari topeng tersebut.
“Itu bukti bahwa tari topeng dan dakwah Islam sudah menyebar ke Wilayah III Cirebon hingga sekarang,” pungkasnya. (jfr)
Leave a Reply