DEJABAR.ID, PANGANDARAN – Di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini masih ada kelompok adat yang alegri dengan dunia politik. Salah satunya Kelompok adat yang dikenal dengan sebutan Paham Ehen atau Balad Ehen berada di Dusun Karangpaci, Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Berdasarkan cerita zaman dahulu kala, Sebanyak 79 orang dalam kelompok adat Paham Ahen atau Balad Ahen bermula dari nama seorang Aki Ahen yang mempunyai prinsip teguh akan dunia politik. Maka, kelompok adat Paham Ahen ini sangat anti dengan politik. Seperti yang diungkap oleh Sawidin (66) salah satu keturunan Aki Ahen.
Menurut Sawidin, bahwa sebutan Paham Ehen atau Balad Ehen itu berawal dari ucapan orang-orang yang berada di luar kampung yang menilai aneh terhadap aktivitas keseharian kelompok kami.
“Padahal kami disini hanya masyarakat biasa yang menjalankan prinsip hidup yang pernah diajarkan dan ditanamkan oleh Aki Ehen. Dan kami tidak pernah membentuk kelompok, hanya karena mereka menilai kami aneh sehingga muncullah nama sebutan kelompok adat Paham atau Balad Ahen,” ungkapnya, Sabtu (29/9/2018).
Menurut Sawidin, sejak dahulu Aki Ehen selalu mengajarkan agar tidak terlibat dalam urusan politik karena tidak mau diadu domba.Karena situasi politik pada tahun 1965 atau pada jamannya pemberontakan PKI sangat rawan.
“Aki Ehen memilih hidup rukun dan damai. Apalagi situasi politik pada jaman PKI lebih panas dan rawan dibanding jaman sekarang,” ujar Sawidin.
Pada awal masa Orde Baru, Sawidin mengaku bahwa kelompoknya pernah dicap sebagai gerombolan PKI.
“Saat dicap sebagai PKI kami sempat trauma dan akhirnya sampai sekarang kami tidak mau terlibat politik,” akunya.
Sementara itu, Kepala Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Abdul Rohman menyebutkan kelompok adat Paham Ahen atau Balad Ahen sudah mulai punah dan sebagian besar sudah berbaur dengan masyarakat lainnya.
“Sekarang mah kelompok Ahen sudah hampir punah, pasalnya, sebagian besar para keturunannya atau pengikut kelompok tersebut mulai beradaptasi serta menerima modernisasi,” ujar Abdul saat dihubungi dejabar.id melalui sambungan telefon selulernya.
“Sejak dulu kelompok adat Ahen tidak memiliki ciri khas dari pakaian pun mereka sama seperti masyarakat pada umumnya. Begitupun juga dengan aktivitas keseharian mereka, yang beda dari kelompok ahen hanya pada pola pikir dan tradisinya saja,” imbuhnya.
Memang Aki Ehen sendiri, sambung Abdul, tidak pernah membentuk sebuah komunitas yang diberi nama. Mereka terbentuk secara alamiah dari sebuah kesamaan pemikiran.
“Munculnya nama Paham Ehen sebenarnya dari landihan (sebutan) atau penamaan warga di luar kelompok mereka. Ada juga warga yang menyebutnya Balad Ehen atau Murid Ehen. Hanya yang paling populer Paham Ehen,” paparnya.
Abdul menerangkan, dalam kesehariannya juga pengikut Paham Ehen pun tidak membatasi diri dengan kelompok masyarakat luar. Mereka juga berbaur dengan masyarakat. Sementara sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai petani dan buruh tani.
“Hanya ada keunikan dari pemikiran mereka, diantaranya memegang falsafah adat kampung dengan menolak masuknya modernisasi, seperti tidak mau mengikuti kegiatan posyandu dan program KB yang dicanangkan pemerintah,” pungkasnya. (dry)
Leave a Reply