Press ESC to close

Perilaku Kekerasan Pelajar di Banten Mengkhawatirkan, Apa yang Salah Dengan Dunia Pendidikan

  • June 23, 2023

SERANG, Dejabar.id – Kekerasan yang dilakukan remaja di Provinsi Banten menjadi perhatian serius dari berbagai pihak, baik dari lingkungan pendidikan maupun lingkungan masyarakat secara umum. Kekerasan yang dilakukan siswa mulai dari tawuran, prostitusi, penyiksaan bahkan sampai menghilangkan nyawa.

Masalah ini tidak hanya diselesaikan melalui dunia pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi memerlukan peran aktif dari keluarga dan pendidikan non formal di lingkungan sekitar para siswa hidup bersosialisasi.

Lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang turut berperan aktif dalam membentuk perilaku remaja, terutama di kalangan pelajar dan siswa. Oleh karena itu, semua pihak, termasuk pihak sekolah, pendidikan, keluarga, dan masyarakat, perlu memperhatikan masalah ini secara bersama-sama.

Salah satu akademisi Fathullah mengatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pelajar di Provinsi Banten bukan hanya disebabkan oleh pendidikan yang salah atau cara mendidik yang keliru.

“Perilaku remaja terhadap perbuatan kekerasan terhadap orang lain, suatu hal yang mesti menjadi perhatian banyak pihak tidak hanya pendidikan tetapi masyarakat secara umum,” kata Dekan Fakultas Hukum Universitas Primagraha, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (23/6).

“Tentu pencegah terhadap perilaku seperti ini harus dari berbagai aspek tidak harus di bangku kuliah, tidak harus di bangku sekolah tetapi harus ada pendidikan dari pihak keluarga,” sambungnya.

Menurutnya, perkembangan dunia dan kemajuan zaman dengan berbagai macam media audio visual disertai dengan konten dapat menyebar luas dengan cepat, seperti media sosial, film, dan gambar-gambar secara tidak langsung membentuk kepribadian remaja.

“Sebetulnya bukan pendidikan yang salah, bukan cara orang yang mendidik yang salah tetapi memang inilah satu keniscayaan dimana perkembangan dunia, perkembangan zaman yang sudah banyak sekali audio visual, dan juga tampilan yang justru secara tidak langsung memberikan gambar kepada anak didik kepada siswa terkait dengan masalah media sosial,kemudian film, gambar-gambar yang bertebaran dimana-mana,” katanya.

Perkembangan ini tidak dapat dihentikan oleh siapa pun karena merupakan keniscayaan dalam perubahan peradaban. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, terutama pihak pendidik di sekolah dan perguruan tinggi, untuk merumuskan metode yang tepat dalam proses pembelajaran guna mengantisipasi masalah ini.

“Perubahan peradaban itu saya pikir suatu hal yang niscaya akan terjadi dari satu masa kemasa yang lain dan masa yang akan datang,” ujarnya.

“Yang penting sekarang ini merupakan atensi bersama semua pihak terutama para pihak pendidik para pihak perguruan tinggi kemudian para pihak sekolah harus bersama-sama justru merumuskan cara yang tepat untuk bagaimana cara mengantisipasi membuat satu metode dalam proses pembelajaran,” imbuhnya.

Ia juga berpendapat mengenai metode pembelajaran yang diterapkan di Provinsi Banten saat ini mungkin sudah tidak efektif. Oleh karena itu, perlunya melibatkan para siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, serta menentukan gaya belajar yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

“Mungkin pembelajaran dengan pola yang lama sudah tidak efektif lagi yang diterapkan para pendidik saat ini kita butuh satu metode yang mana partisipasi aktif dari para siswa dengan cara melibatkan mereka sebagai pelaku,” ujarnya.

Selain itu, perlu memperhatikan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang sudah ada, namun juga mengakomodasi kebutuhan dan tingkat minat siswa. Kata dia, setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menerima ilmu, baik melalui pendengaran, membaca, atau melalui partisipasi aktif dalam pembelajaran.

“Memang disisi lain ada kurikulumnya, kurikulum ada metodologi pembelajaran yang memang secara normatif sudah ada, tetapi kita juga harus melihat bahwa ada hal-hal. Kita juga memperhatikan kearifan, dimana tingkat kebutuhan para siswa, para pelajar yang siapa tahu kebutuhannya berbeda-beda,” katanya.

“Cara orang menerima ilmu pun berbeda-beda apakah dengan cara mendengar apakah dengan cara membaca atau cara justru dengan berpartisipasi aktif mereka dengan cara dilibatkan, aplikatif daripada pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari,” imbuhnya.

Proses pendidikan bukanlah tanggung jawab semata para guru atau pendidik, tetapi juga tanggung jawab masyarakat dan para siswa untuk aktif terlibat. Penting untuk mendengarkan apa yang diinginkan oleh siswa, apakah proses pembelajaran di kelas sudah menarik atau apakah ada perubahan yang diinginkan, seperti pembelajaran di tengah-tengah alam.

“Kita berbicara apa keadaan sesungguhnya di masyarakat bahwa memang proses pendidikan ini proses tidak harus menjadi kewajiban para guru, tidak hanya menjadi kewajiban para pendidik tetapi juga kewajiban masyarakat, kewajiban para siswa untuk sama-sama melakukan aktif, aktif dari artian ikut tertarik, jadi ketertarikan siswa dalam proses belajar menjadi hal yang penting harus dimiliki oleh para pendidik dan ini juga sebagian dari kita sebagai masyarakat,” katanya.

Menurutnya, situasi tersebut merupakan kesempatan baik untuk membentuk karakter, budaya, dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, masukan dari siswa perlu didengar dan diberikan perhatian, sehingga proses pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Mereka juga perlu kita minta apar yang mereka inginkan, apakah proses pembelajaran dikelas sudah tidak lagi menarik atau seperti apa kalau misalkan belajar di tengah-tengah situasi alam. Itukan situasi yang baik untuk pembentukan karakter budaya dan kepribadian siswa,” pungkasnya. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *