Press ESC to close

Prihatin! Pemkab Majalengka Kekurangan Mobil Damkar

  • September 21, 2018

DEJABAR.ID, MAJALENGKA – Berubahnya Kabupaten Majalengka menjadi wilayah Aero City disinyalir berdampak pada peningkatan permukiman hingga padat penduduk. Hal tersebut juga harus diantisipasi peristiwa kebakaran.
“Jelas berpengaruh dengan berubahnya Majalengka Aero City, karena padat perumahan dan penduduk. Artinya ketika satu rumah kejadian kebakaran maka bukan tidak mungkin bisa merembet ke rumah lain,” ujar Plt UPT Damkar Majalengka, H Bambang Sutedjo, Jumat (21/9/2018).
Namun demikian, pihaknya mengakui dengan perubahan wilayah itu tidak sebanding dengan kebutuhan dinilai dari kondisi Kota Angin yang sangat luas. Armada Damkar Kota Angin juga hanya memiliki Empat unit dan terkadang kewalahan ketika peristiwa kebakaran terjadi Tiga sampai empat kali di lokasi yang berbeda.
Dilihat dari kebutuhan itu, kata dia, idealnya ada Tiga titik Damkar dalam mengantisipasi dan saat terjun saat peristiwa terjadi. Tiga titik itu berada di wilayah tengah, utara, dan selatan. Dalam satu titik juga minimalnya harus ada dua unit armada.
“Sementara kebutuhan itu tidak sebanding karena kami hanya memiliki empat unit saja. Kalau satu titik ada dua unit artinya kebutuhan armada enam unit. Belum lagi kondisi mobil sekarang usianya sudah sangat lama,” paparnya.
Menurut Bambang, armada siap pakai disini merupakan stok lama dan sudah berusia 10 sampai 15 tahun. Seharusnya ada armada baru yang bisa menempuh jarak atau medan dataran tinggi khususnya wilayah selatan Majalengka. Sebab kerap kesulitan saat peristiwa kebakaran terjadi di selatan Majalengka dengan kondisi mobil sudah tua.
Belum sempat tiba dilokasi, armada tersebut kerap mogok dan harus di ganti dengan armada lain. Artinya ini tidak bisa memaksimalkan pemadaman ketika peristiwa itu berlangsung.
“Pernah satu hari bisa mencapai lima titik lokasi kebakaran dan tidak bisa maksimal karena jumlah unit terbatas. Kita bergerak dari dini hari hingga siang. Tetap tidak maksimal,” imbuhnya.
Pihaknya berharap pemerintah kabupaten Majalengka bisa memfasilitasi untuk mendorong agar pemerintah pusat bisa merealisasikan armada baru. Disamping itu, jumlah personil juga menjadi kendala pihaknya saat peristiwa berlangsung. Total keseluruhan personil 22 orang terbagi 17 TKK, dan 5 orang PNS. Jelas masih kekurangan personil cukup banyak. Pasalnya dalam penanganan kebakaran itu idealnya 10 orang. Sementara selama ini hanya lima orang personil.
“Misalnya tiga orang untuk pegang selang, tiga orang menyiapkan dan tiga orang lagi memadamkan si jago merah serta satu orangnya mengendalikan armada. Karena tingkat pemadaman berlangsung antara 1 sampai 2 jam lamanya,” tambahnya.
Kekurangan jumlah armada dan personil juga menyebabkan pihaknya terpaksa harus  meminta bantuan Damkar dari luar daerah ketika kejadian kebakaran terjadi di wilayah perbatasan seperti, Sumberjaya, Leuwimunding Sindangwangi dan sejumlah daerah di perbatasan lainnya.
“Kalau peralatan tidak cukup maka minta bantuan ke pihak lain dengan kerjasama Pemda Cirebon dan sejumlah perusahaan diwilayah tersebut. Sebab di khawatirkan api meluas. Tetapi ketika peristiwa itu terjadi di objek wisata tentu sangat kesulitan karena jauh dari jalan. Seperti kebakaran hutan terkadang pakai pesawat terbang. Kebakaran diwilayah itu membuat kami dilematis karena sering terlambat mau masuk lewat mana namun disatu sisi ingin menyelesaikan itu,” pungkasnya. (jja)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *