BANDUNG,– Pandangan berbagai pihak yang pesimis terhadap partisipasi publik dalam Pilkada Serentak 2020 ternyata tidak terbukti.
Selain itu, Reshufle sejumlah menteri juga menjadi isu yang menjadi perhatian publik.
Direktur Eksekutif Indonesian Politic Research and Colsulting (IPRC), Firman Manan mengatakan, bahwa penyelenggaraan Pilkada tahun 2020 patut mendapat apresiasi.
Pasalnya, fakta di lapangan menunjukkan partisipasi publik dalam pemilu di masa pandemi justeru mengalami peningkatan.
”Hal yang perlu diapresiasi adalah pemilih, karena tidak seperti yang dibayangkan, semula beberapa kalangan berpendapat bahwa tingkat partisipasi akan rendah bahkan ekstrim begitu penurunannya, tapi kenyataannya kita lihat tingkat partisipasi meningkat daripada pilkada serentak 2015,” kata Firman di Jalan Tubagus Ismail, Kota Bandung, Rabu (30/12).
Firman menambahkan, penyelenggaraan Pilkada di tahun 2020 berjalan sukses. Menurutnya hal itu harus dipertahankan dalan penyelenggaraan pemilu ke depan.
Sehingga, antusias publik dalam partisipasi pemilu dapat terjaga dengan baik.
“Kalau 2020 refleksinya kan tadi, kalau lokal saya pikir kita apresiasi bahwa di tengah-tengah pandemi berhasil menyelenggarakan Pilkada, yang sampai saat ini dapat dibilang prokesnya terjaga, sampai hari ini tidak ada konflik, ini saya pikir ada kesadaran politik dari publik yang meningkat, dan ini yang harus dijaga di tahun-tahun kedepan,” tambahnya.
Firman menuturkan, reshufle yang dilakukan presiden terhadap sejumlah menteri juga menjadi perhatian publik dalam hal politik. Menurutnya, reshufle yang dilakukan telah ditunggu oleh publik.
“Di akhir tahun saya pikir reshufle, dan ini juga ditunggu-tunggu, sudah agak lama tidak hanya publik bahkan presiden sendiri sudah beberapa kali memberikan sinyal akan melakukan reshufle, sehingga ini agenda yang juga menyorot publik,” tuturnya.
Firman mengungkapkan, reshufle oleh presiden sangat tepat untuk tetap menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintah. Menurutnya, setidaknya ada dua hal yang dapat dijadikan dasar presiden dalam melakukan reshufle kabinet.
“Reshufle saya kira penting dalam dua hal, pertama penanganan krisis kan memang ada kelemahan pemerintah dalam penanganan krisis sebelum reshufle, salah satu hal adalah dikementrian kesehatan yang seharusnya menjadi leading sektor tapi kalau kita lihat malah absen, dan tentu secara keseluruhan isu ekonomi sampai sosial, jadi bagaimana penanganan krisis itu jadi lebih baik, ya kuncinya reshufle,” ungkapnya.
“Kedua, krisis kepercayaan, karena ada dua kementrian yang melakukan tindak pidana korupsi, tentu itu akan menurunkan kepercayaan publik sehingga reshufle itu penting untuk mengembalikan kepercayaan, jadi manajemen krisis dan mengembalikan kepercayaan publik itu saya pikir menjadi bagian yangmenarik di politik nasional.,” tandasnya. [mae]
Leave a Reply