DEJABAR.ID-Dalam rangka memperingati Hari Museum Nasional, Museum Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon terus berbenah dan melakukan perubahan untuk menarik wisatawan. Salah satunya adalah dengan menerapkan konsep modern, yang sangat kontras dengan lingkungan keraton yang sebetulnya masih mempertahankan nilai tradisional.
Menurut Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, suasana yang lebih modern ini bertujuan untuk menarik minat wisatawan, terutama kalangan muda. Sehingga suasananya seperti tempat-tempat modern, yakni terang, segar, sejuk, bersih, dan tertata apik.
“Anak muda zaman sekarang senangnya ke pusat perbelanjaan. Karena itulah kita membuat suasana Museum Pusaka yang mirip dengan pusat perbelanjaan yang rapi, bersih, dan sejuk. Sehingga, tidak ada lagi kesan gelap, pengap, dan menyeramkan saat memasuki tempat penyimpanan benda-benda keramat milik keraton,” jelas Sultan, Jumat (12/10/2018).
Tidak hanya itu, tambah Sultan, saat memasuki gedung museum yang baru diresmikan Juni 2017 lalu ini, pengunjung akan mendapatkan sambutan khas hotel. Lima orang wanita layaknya resepsionis hotel, berdiri berjajar di belakang meja front office bercorak ukiran Mega Mendung.
Sultan melanjutkan, Museum Pusaka yang memiliki konsep modern ini memang ditujukan kepada generasi muda untuk meneladani masa lalu. Sehingga, anak-anak muda tertarik untuk mempelajari masa lalu sebagai inspirasi ke depan.
Bahkan tidak hanya itu, lanjut Sultan, Museum Pusaka Keraton Kesepuhan Cirebon juga ditujukan untuk menarik minat wisatawan asing. Sebab, cukup banyak juga wisatawan asing dari berbagai negara yang datang dan berkunjung ke Keraton Kesepuhan, termasuk ke Museum Pusaka Keraton Kesepuhan.
“Dengan begitu, selain untuk belajar bagi para generasi muda mengenal budaya leluhur, juga untuk memicu devisa di sektor pariwisata budaya,” jelas Sultan.
Dalam ruang museum seluas 1.000 meter persegi, lanjut Sultan, lemari-lemari tertanam di dinding dengan kaca-kaca besar. Senjata-senjata pusaka Keraton Kasepuhan ditata sedemikian rupa untuk menarik mata pengunjung.
Di museum ini terdapat sekitar 2000 koleksi benda-benda pusaka, yang ditempatkan berdasarkan periode waktu, dimulai dari koleksi terlama. Dengan cara tersebut, pengunjung seakan memasuki sejarah Keraton Cirebon mulai dari Pangeran Cakrabuana pada masa Galuh Pajajaran, masa Sunan Gunung Jati, hingga Sultan Cirebon setelahnya.
Peninggalan-peninggalan Pangeran Cakrabuana di abad XIII-XIV bisa dikenali seperti Keris Sempana, Keris Brojol, Keris Sempaner, Keris Pandita Tapa, Keris Santan, dan Keris Bima Kurda.
Kemudian ada Badik, senjata yang selama ini identik dengan Sulawesi juga ternyata sudah ada sejak masa Prabu Siliwangi ini. Selain itu, senjata khas Sunda yaitu Kujang Wayang pada masa Galuh Pajajaran dengan bentuk yang begitu artistik juga bisa dilihat di museum ini.
Masyarakat juga bisa menyaksikan senjata pusaka dari tokoh paling terkenal Kesultanan Cirebon, Sunan Gunung Jati. Tokoh utama penyebar agama Islam di daratan Jawa ini meninggalkan sejumlah pusaka yang dibuat pada masa 1479-1597 M, yaitu Keris Dholog dan Keris Tilam Upih.
Dalam museum ini juga dipamerkan Peti Mesir yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan Ibundanya dari Mesir ke Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah putra pasangan Raja Champa, Sultan Syarif Abdullah dan Nyai Rara Santang, putri Raja Siliwangi.
“Dengan hembusan pendingin udara yang sejuk, pengunjung bisa berdiri lama-lama, mencermati setiap lekuk pusaka. Sehingga, mereka akan tertarik untuk mempelajari sejarahnya,” pungkas Sultan.(Jfr)
Leave a Reply