DEJABAR.ID – Setiap pelaku industri kreatif akan mengerahkan segenap kreatifitasnya dalam bekarya, agar melahirkan karya berkualitas dan dapat diterima masyarakat. Namun, seringkali mereka harus menanggalkan idealisme demi industri.
Banyak yang beranggapan jika karya idealis itu susah dijual dan sulit mendapat tempat di industri. Namun, hal itu nampaknya tidak berlaku bagi novelis sekaligus penulis naskah, Vinca Callista.
Bagi Vinca, idealisme dan industri tidak harus dipisahkan karena industri bisa dibangun dari idealisme pelakunya dan idealisme yang membangun industri.
“Semua yang aku ciptakan untuk novel semua berasal dari ide pribadi aku dikembangkan menjadi produk yang akhirnya masuk industri kreatif,” ujar Vinca saat menjadi pembicara di acara “Industri Industri Creative Club”, di Jalan Pelajar Pejuang, Bandung, pada Jumat (30/11/2018) malam.
Vinca mencontohkan dengan konsep pemikiran dari Jepang yang disebut dengan ikigai yang diartikan sebagai tujuan hidup, sesuatu yang mencakup keseluruhan tujuan dari yang ingin dicapai dan digambarkan dalam diagram yang saling beririsan.
“Demi mewujudkan idealisme pun membutuhkan orang lain yang sama-sama mempunyai idealisme dan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga selain menambah ide-ide, berbagi kemampuan dan bertukar pikiran, juga bisa berfungsi untuk orang lain,” jelasnya.
Ketika Vinca ingin menuliskan cerita-cerita fiksi tetapi industri lebih membutuhkan penulis untuk iklan, maka Vinca pun menyiasatinya dengan menjadi screenwriter untuk iklan.
“Karena sekarang pun banyak iklan dengan konsep webseries, yang punya jalan ceritanya,” ungkap Vinca.
Dibesarkan dengan novel seri “Lima Sekawan” karya Enid Blython membuat Vinca bercita-cita ingin menjadi novelis, selain penyiar radio. Karya pertamanya diterbitkan tahun 2007, saat usianya masih 13 tahun, berjudul “Sang Panglima Laskar Onyx”.
Hingga kini, Vinca sudah menulis 13 novel. Salah satu novelnya yang berjudul “Scandalicious Siblings” mengangkat tema tentang industri kreatif dan berlatar tempat di Bandung.
“Scandalicious Siblings” menceritakan empat bersaudara keluarga Arjawuni, Kendita, Keyman, Arttra, dan Akaca. Masing-masing karakter mewakili dari industri kreatif yang berbeda, mulai dari industri film, musik, dan new media.
Perempuan yang menempuh pendidikan Master’s of Art, jurusan Cultural and Creative Industries di King’s College London ini pun berharap cerita-cerita novelnya bisa jadi referensi kehidupan pembacanya.
“Misalnya ketika lagi ngobrol sama temen-temen, ‘eh kamu kok gayanya mirip karakter Arjawuni sih’ atau enggak ‘kamu pengen jadi social media star kayak Akaca Arjawuni aja deh!’ gitu,” ungkapnya. (rza)