DEJABAR.ID, CIREBON – Kabupaten Cirebon memperingati hari jadi yang ke-537 yang jatuh pada tanggal 2 April. Penetapan jatuhnya hari lahir Kabupaten Cirebon ini bukan tanpa sebab. Terdapat sejarah panjang di masa lalu sehingga tanggal 2 April ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.
Dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Cirebon dalam rangka memperingati HUT ke-537 Kabupaten Cirebon di Gedung DPRD Kabupaten Cirebon, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Yuningsih, membacakan sejarah panjang tentang terbentuknya Kabupaten Cirebon dalam bahasa Jawa Cirebon.
Dalam pembacaan tersebut, Cirebon awalnya hanyalah hutan belantara yang masuk dalam wilayah Pakuan Pajajaran. Oleh Pangeran Walangsungsang, putra pertama Prabu Siliwangi dari kerajaan Pakuan Pajajaran, membabati hutan tersebut dan diberi nama Dukuh Tegal Alang-Alang, yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran).
“Desa Caruban ini masih dalam wilayah Pakuan Pajajaran,” jelasnya, Selasa (2/4/2019).
Pembabatan hutan tersebut dilakukan Pangeran Walangsungsang atas perintah Syekh Nurjati. Hal tersebut dikarenakan Pangeran Walangsungsang beserta adiknya Nyai Lara Santang dan istrinya Nyai Endang Geulis berguru agama Islam kepada Syekh Nur Jati, dan menetap bersama Ki Gedheng Danusela adik Ki Gedheng Danuwarsih.
Semakin lama, Desa Caruban menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku bangsa untuk berdagang, bertani, dan mencari ikan di laut. Danusela atau Ki Gedheng Alang-Alang dipilih oleh masyarakat sebagai Kuwu yang pertama. Setelah meninggal pada tahun 1447 Masehi, digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang kedua bergelar Pangeran Cakrabuana.
Carbon yang kemudian disebut puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan. Sedangkan sebagai pusat pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan sebutan Gerage. Pada tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati, menikah dengan Nyi Mas Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I dan menetap di Keraton Pakungwati.
Sebelumnya, Pangeran Cakrabuana kerap mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran. Dan pada tahun 1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menjadi Sulatan Carbon, membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran untuk tidak mengirim upeti lagi, karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi negara yang merdeka.
“Sunan Gunung Jati mulai berhenti mengirimkan upeti kepada Prabu Siliwangi,” jelasnya.
Selain itu, Pangeran Syarif Hidayatullah bersama Wali Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran agar berkenan memeluk agama Islam, tetapi tidak berhasil. Itulah penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan Cirebon sebagai negara yang merdeka, lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon.
Kabupaten Cirebon sendiri sudah dipimpin oleh 27 orang Bupati, dari masa R. Sinuk (Muchamad) yang menjabat tahun 1800, hingga masa Sunjaya Purwadisastra pada tahun 2018. Kini jabatan bupati masih dipegang oleh PJ Bupati Dicky Saromi, yang akan menjabat hingga pelantikan Bupati terpilih.(Jfr)
Leave a Reply