Press ESC to close

Mengenal Joli, Tandunya Para Dewa dalam Perayaan Cap Go Meh

  • February 11, 2019

DEJABAR.ID, CIREBON – Cap Go Meh biasanya dirayakan saat penutupan rangkaian perayaan Imlek yang dilakukan oleh etnis Tionghoa. Dalam tradisi tersebut, dilakukan kirab budaya dengan menampilkan berbagai kesenian seperti Barong Sai, Liong naga, lain-lain. Dan yang menjadi paling menonjol dari perayaan Cap Go Meh, adalah tradisi menggotong dan mengarak joli.

Joli merupakan sejenis tandu yang biasanya diisi oleh patung Dewa Dewi atau Kimchi, kemudian diarak sesuai rute kirab budaya. Ukuran joli Biasanya berbeda-beda tiap Vihara dan klenteng. Ada yang berukuran besar, ada juga yang kecil. Biasanya, joli dibawa oleh banyak orang, dan berganti-gantian jika sudah ada yang lelah.

Menurut Kho Kim Fuk atau yang akrab disapa Apuk selaku humas Vihara Winaon, tradisi mengarak Joli tak bisa dipisahkan dari perayaan Cap Go Meh. Biasanya, masing-masing vihara atau klenteng memiliki joli. Untuk Vihara Winaon sendiri, membawa satu joli untuk diarak dalam perayaan Cap Go Meh di Vihara Dewi Welas Asih.

“Pusat perayaan Cap Go Meh ada di Vihara Dewi Welas Asih. Nantinya, semua joli dari klenteng dan Vihara di Kota dan Kabupaten Cirebon, disatukan untuk diarak di situ,” jelasnya saat ditemui dejabar.id di Vihara Winaon, Jalan Winaon Kota Cirebon, Senin (11/2/2019).

Dalam mengarak joli ini, lanjutnya, ada doa-doa terlebih dahulu. Mula-mula, joli yang ada di Vihara Winaon dibawa dahulu ke Vihara Dewi Welas Asih. Kemudian, kayu-kayu tandunya. Setelah itu, baru patungnya. Semuanya tentu diperlakukan secara khusus, tidak sembarangan saja.

“Karena joli yang kita pakai sudah ratusan tahun sejak awal Vihara ini berdiri pada 1894, maka bobotnya berat karena semuanya terbuat dari kayu jati. Hanya beberapa bagian saja yang kita sambungkan dengan besi agar lebih kokoh,” jelasnya.

Yang unik dari perayaan Cap Go Meh saat mengarak joli, adalah terletak pada tradisi menggoyangnya. Jadi, ketika joli hendak berangkat untuk diarak, harus digoyang-goyang atau guncang terlebih dahulu, hingga bunga-bunga yang ada di situ bertebaran. Menurut Apuk, hal itu sudah tradisi, tujuannya agar lebih hidup.

“Dari Vihara Winaon membawa satu joli. Ada juga dari Vihara lain yang membawa lebih dari satu joli,” pungkasnya. (jfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *