DEJABAR.ID, CIREBON – Komplek Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon ini merupakan tempat bersejarah di Cirebon yang selalu ramai dikunjungi. Orang-orang kerap datang untuk berziarah ke makam salah satu Wali Sanga tersebut, baik itu dari wilayah Cirebon sendiri maupun luar Cirebon dan pulau Jawa.
Keberadaan komplek makam Sunan Gunung Jati tidak lepas dari peranan etnis Tionghoa yang datang ke Pulau Jawa, khususnya Cirebon. Apalagi dalam perkembangannya, Sunan Gunung Jati menikah dengan Putri Ong Tien, anak Kaisar Tiongkok pada tahun 1540 Masehi. Sehingga akulturasi budaya di Cirebon sudah melekat dengan masyarakat Tionghoa.
Sejak saat itulah, perkembangan Cirebon cukup pesat, terutama pada pengaruh dan akulturasi budaya. Bahkan, interior ruang di Cirebon selalu melekat dengan gaya arsitek Tiongkok. Seperti hiasan piring-piring yang melekat di dinding, baik itu di masjid, keraton, makam, maupun bangunan lainnya.
Menurut sejarawan Cirebon, Opan Rafan S Hasyim, Komplek Makam Sunan Gunung Jati berawal dari pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Putri Ong Tien, putri asal Tiongkok.
Menurutnya, Sunan Gunung Jati sangat mencintai Putri Ong Tien, apalagi sudah mendapat restu dari Kaisar Tiongkok setelah kepulangannya dari Tiongkok. Namun sayangnya, kebahagiaan Sunan Gunung Jati hanya sesaat saja bersama Putri Ong Tien, karena sang Putri telah wafat.
“Meskipun usia pernikahan mereka hanya empat tahun, namun Sunan Gunung Jati sangat mencintainya,” jelasnya saat ditemui dejabar.id, Jumat (21/9/2018).
Setelah Putri Ong Tien wafat, lanjut Opan, Sunan Gunung Jati merasa sangat kehilangan sosok yang yang dicintainya. Bahkan, kata dia, Sunan Gunung Jati selalu merasakan rindu yang sangat mendalam sejak istrinya wafat.
Karena itu, saking cintanya kepada sang istri, Sunan Gunung Jati selalu berdakwah dan mengajar mengaji di tempat yang terlihat dan tidak terlalu jauh dari makam Putri Ong Tien.
“Dulunya komplek Makam Sunan Gunung Jati adalah pesantren. Di komplek tersebut, Sunan Gunung Jati tinggal, berdakwah, dan mengajar ngaji,” jelasnya.
Hingga Sunan Gunung Jati wafat dan ditambah seiring berjalannya waktu, pesantren yang didirikan Sunan Gunung Jati tersebut kini menjadi komplek pemakaman. Posisi makam Sunan Gunung Jati pun tidak jauh dari makam Putri Ong Tien.
Hingga kini, komplek Makam Sunan Gunung Jati selalu dipenuhi oleh piring-piring antik khas Tiongkok yang menempel di dinding-dinding pemakaman. Hal tersebut merupakan bukti akulturasi antara budaya Tionghoa dan Islam di Jawa.
“Piring-piring tersebut didatangkan langsung dari Tiongkok, yang ditujukan sebagai cindera mata untuk Sunan Gunung Jati,” pungkasnya. (jfr)
Leave a Reply