Press ESC to close

Petani Asal Tasikmalaya Buang Banyak Cabai ke Sungai, Kenapa?

  • February 27, 2019

DEJABAR.ID, GARUT-Petani asal Kabupaten Tasikmalaya yang bernama Deni Setyawan membuang banyak cabai ke sungai yang berada di Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Usai membuang cabai tersebut, rupanya Deni menyesal dan langsung melakukan permohonan maaf kepada warganet dengan menguduh video permohonan maaf darinya. Dirinya mengaku, cabai yang dibuang pun adalah cabai keriting afkir hasi dari sortasi sebelum dikirim ke pasar.
“Nama saya Deni Setyawan, Desa Bumi Asih, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya. Pekerjaan sebagai pedagang pengepul cabai dan bermitra di wilayah Garut. Aksi membuang cabai adalah spontanitas dan bersama ini dengan menyesali perbuatan saya, saya minta maaf dan berjanji tidak akan membuang cabai rusak ini lagi,” ucap Deni dalam video permintaan maafnya, Rabu (27/2/2019).
Dilansir dari Detik.com, Deni merupakan pedagang atau pengepul cabai asal Desa Bumi Asih, Kecamatan Kadipaten, Tasikmalaya yang bermitra dengan petani cabai di Garut. Ia mengaku aksi spontan membuang cabai tersebut sengaja diviralkan di media sosial. Oleh karena itu, ia menyampaikan permohonan maafnya atas aksi buang cabai afkir kepada pemerintah, seluruh masyarakat, khusunya kepada petani cabai.
Deni juga menyadari perbuatannya telah menyinggung publik dan para petani cabai. Untuk itu, ia siap menjalani proses hukum bila ini melanggar UU terkait menyampaikan pendapat di muka umum.
“Sebenarnya cabai yang dibuang seperti ini jenis BS afkir tidak laku di pasar, sedangkan jenis cabai bagus dipasarkan hingga ke Sumatera Rp10.000 per kg. Saya khilaf bahwa cabai BS atau afkir sejenis ini bisa dikeringkan atau diolah menjadi bubuk atau sejenisnya. Sekali lagi saya mohon maaf atas kejadian tidak etis dan tidak sopan ini,” katanya.
Salah satu petani champion cabai Garut, Sumarna, membenarkan adanya aksi konyol tersebut. Namun, cabai yang dibuang bukan cabai segar, tetapi cabai BS atau afkir hasil sortasi yang memang sudah tidak laku dijual karena rusak dan busuk.
“Biasanya yang bagus kita tampung dan didistribusikan untuk pasar wilayah Sumatera. Harganya bagus di sana. Alhamdulillah pasokan dan distribusi sampai saat ini juga masih lancar,” jelas Sumarna.
Di samping itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga Gunasantika juga mengaku ragu bahwa aksi spontanitas buang cabai tersebut dilakukan petani dan merupakan cabai segar. Terbukti, dari hasil pengecekan langsung di lapangan, hal tersebut bukan cabai yang bagus dan segar dan dilakukan oleh pedagang beserta mitranya secara tidak sengaja.
“Memang benar ada video aksi buang cabai di sungai oleh bandar cabai, tetapi kejadian itu sebenarnya bukan di wilayah Garut. Kami sudah cek langsung di lapangan, itu aksi spontan dan khilaf, bukan disengaja. Inisiatifnya dari pedagang sendiri. Kalau petani mitra si bandar yang ikut-ikutan melakukan aksi buang cabai memang dari Garut, dari Desa Barudua Malangbong. Pedagangnya sendiri asalnya dari Tasik,” ungkap Beni dalam keterangan tertulis.
Menurut Beni, para petani yang sudah bermitra dengan champion atau industri justru mendapat harga yang jauh lebih tinggi, yakni dua kali lipat. Ke depannya, kejadian seperti ini tidak perlu terulang.
“Kita harus bisa berkomunikasi dan menyampaikan pendapat secara benar dan tepat. Tak perlu lah cari sensasi buang-buang cabai,” tegas Beni.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab meminta para petani cabai untuk tidak terprovokasi dan menjaga adab saat menyampaikan aspirasinya. Pasalnya, harga cabai rendah bukan berarti harus disikapi dengan putus asa.
“Apalagi sampai membuang cabai, itu perbuatan mubazir. Ini komoditas strategis nasional, selayaknya juga memerlukan pemikiran dan ide kreatif dan konstruktif,” terangnya.
Ismail juga menegaskan bahwa Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan sangat intens mendorong hilirisasi industri olahan, membuka pasar lelang, dan membentuk koperasi untuk memperkuat daya jual cabai.(red/detik)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *